Khasanah Ramadan (1): Puasa sebagai Rahasia

Khasanah Ramadan (1): Puasa sebagai Rahasia

RAMADAN TIBA: Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Timur melaksanakan pemantauan hilal (rukyatul hilal) di 35 titik untuk menetapkan awal Ramadan 1445 H/2024 M pada Minggu, 10 Maret 2024. Salah satunya dilakukan di Masjid Al Mabrur Jalan Nambangan Surabaya. -M Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY

HARIAN DISWAY - Indonesia kembali mengawali 1 Ramadan dengan berbeda. Jika Muhammadiyah memulainya pada 11 Maret 2024, NU dan pemerintah memulainya pada hari ini. Tak masalah. Yang penting jalinan silaturahim tetap berjalan. 

Saya pun, sepekan menjelang Ramadan tengah menjalin silaturahmi dengan jajaran pemerintahan Kabupaten Lombok Tengah dan masyarakat Desa Karang Sidemen serta kolega dari Unram maupun UIN Mataram. 

Pada awal puasa juga, saya menikmati suasana megengan di masjid-masjid gang-gang perkotaan Surabaya. Demikian pula di kampung-kampung di Lamongan. Berziarah kubur dan kenduri di halaman rumah yang digelar penuh hikmah. 

Jelang Ramadan ternyata menjadi jendela waktu bagi warga kota maupun warga desa untuk saling menjumpakan hikayatnya. Pemakaman tampak seperti areal formasi kirim doa yang dijadikan agenda tahunan. 

Para penjual bunga yang beraneka warna mengembangkan senyum harapan betapa Ramadan memberikan jalan perekonomin. Kekuatan sosial dan kapital terjalin di pasar-pasar dadakan menuju pintu-pintu pemakaman.
SAMBANG LELUHUR: Beberapa hari menjelang Ramadan, ada tradisi megengan yang salah satunya ditandai dengan berziarah ke makam keluarga. Seperri yang dilakukan di Makam Rangkah Surabaya. -Julian Romadhon-HARIAN DISWAY

Kalaulah ini berarti sebagai generator keuangan rakyat, mengapa pemda-pemda di Indonesia tidak menangkap peluangnya sebagai ajang pendapatan masyarakat yang difasilitasi negara. Atau biarlah ini bagian dari rahasia bulan yang disucikan ini. Ramadan memang selalu menyembulkan misteri yang khusus.

BACA JUGA: Khasanah Ramadan (3): Menebar Takjil Jalanan

Adakah ini bagian dari puasa merupakan ibadah yang sangat ”berkelambu”? Teramat rahasia sehingga hanya Allah SWT yang diniscayakan mengetahuinya? 

Pada titik ini ingatlah dawuh Rasulullah SAW sebagaimana HR Muslim meriwayatkan: Kullu amalibni aadama yudha'aful hasanatu 'asyru amtsalihaa ilaa sab'imiati dhi'fin. Qalallahu 'azza wajalla: Illasshauma fainnahu lii wa anaa ajzii bihii.

Tegas disampaikan bahwa setiap amalan kebaikan para anak Adam akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal, hingga tujuh ratus kali lipat, kecuali amalan puasa. Bagi Allah, amalan puasa itu hanya untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya.

Tetapi apa yang rahasia ini bukan berarti tanpa implikasi yang kasat oleh jasad. Pelaku puasa yang bergerak only one memang akan “tenggelam” dalam diam. Bersimpuh kepada pemilik norma abadi Ramadan. 

Namun ajaibnya, puasa ternyata sangat komunal dan berada dalam kinerja kolektif kaum beriman. Bahkan negara berikut aparatur yang mengorganisir diri dalam pemerintahan mesti terpanggil memberikan layanan agar ibadah ini dapat terselenggara dengan tenang. Kebutuhan pangan dan sandang serta fasilitas jasa harus sanggup dipenuhi oleh negara.
KULINER RAMADAN: Berbuka puasa bersama yang marak di bulan Ramadan memicu hotel-hotel di Surabaya menyiapkan menu spesial. Seperti di Vasa Hotel Surabaya dengan menu khas kerajaan Nusantara bertajuk 9 Nusantara Wonders. --HARIAN DISWAY

Negara harus digiring memasuki ruang-ruang peribadatan dalam puasa Ramadan. Negara harus dituntun penuh hormat guna mempersembahkan kepada peneguh iman agar mengenyam manisnya Ramadan. 

Simaklah dalam terawang maupun dengan terang. Ada fenomena yang sangat mukjizati dalam bulan puasa. Masjid, musala, surau dan langgar, tempat di mana pengiman Islam menebarkan ritual agama yang amat spektakuler. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: