Ajaib, Tahanan di Ruang PN Cianjur Kabur Tanpa Alat

Ajaib, Tahanan di Ruang PN Cianjur Kabur Tanpa Alat

ILUSTRASI tahanan di ruang PN Cianjur kabur tanpa alat. Ada 7 tahanan yang kabur. Mereka menjebol terali besi ruang tahanan PN Cianjur.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Tahanan atau narapidana kabur sangat mungkin dibantu orang yang bukan tahanan. Orang yang membantu bisa keluarga, teman, atau petugas penjaga tahanan yang kenal atau berkerabat dengan si tahanan. Namun, golongan yang disebut terakhir itu jarang terjadi. Petugas penjaga tidak mungkin berani mengambil risiko itu.

Tanpa membantu penjahat kabur pun para petugas penjaga sudah pasti diperiksa intensif. Bahkan, petugas dikenai sanksi, dianggap lalai menjalankan tugas. 

BACA JUGA: Konten Ajaran Tukar Pasangan Antar Samsudin Masuk Tahanan

Dikutip dari The Atlantic berjudul This Is How You Break Out of Prison, meyakinkan pembaca bahwa penjahat di ruang tahanan atau penjara sangat sulit kabur tanpa bantuan. Sebab, penjaga dan gedung ruang tahanan atau penjara sudah punya standar operasi yang ketat. Fungsinya cuma untuk mengurung manusia jahat agar tidak kabur.

The Atlantic mewawancarai Michele Y. Deitch, psikolog kriminal asal Texas lulusan Harvard Law dan Oxford University, AS. Di sana Deitch dikenal sebagai pakar budaya penjara. Spesialisasinya psikologis orang yang berada di sekitar penjara. Narapidana, sipir, petugas penjara aneka bidang tugas, kepala penjara, juga polisi yang membantu penjara.

Menurut Deitch, hampir semua narapidana yang dihukum lama pasti berpikir kabur dari penjara. Terpenting adalah cara kaburnya. Narapidana yang cerdik tidak cuma mempelajari skema gedung penjara, tapi juga terutama pada psikologis petugas penjara. Narapidana jenis iti mempelajari karakter petugas. Satu demi satu. Bahkan, kebiasaan para petugas itu.

BACA JUGA: 16 Tahanan Kabur, Kompolnas Minta Polda Metro Evaluasi Pengamanan Polsek Tanah Abang

Dijelaskan Deitch, penjara adalah mikrokosmos masyarakat. Masyarakatnya adalah narapidana dan penjaga penjara. Mereka berada di tempat yang sama, tapi dengan tujuan bertentangan. Bisa dianggap, semua napi berniat kabur. Sebaliknya, petugas berusaha keras mencegah napi kabur.

Napi dan petugas, karena hidup di suasana yang sama, punya stres yang sama, kebosanan yang sama, dan mereka sama-sama manusia yang punya problem hidup masing-masing.

Problem hidup petugas itulah yang dicari napi yang cerdik. Dicari tahu napi. Setelah seorang napi tahu problem hidup seorang petugas, napi bakal ”memainkan” topik problem itu sebagai jalur masuk mengakrabi petugas. 

Walaupun, semua petugas penjara sudah menjalani pendidikan khusus, termasuk doktrin-doktrin tertentu dalam melaksanakan tugas. Khususnya larangan akrab dengan napi. Disebutkan, petugas penjara harus mengenakan pakaian pelindung emosi (wear an ill-fitting emotional suit of armor). Artinya, harus pasang tampang garang walaupun itu tidak sesuai dengan karakter asli mereka.

Salah satu doktrin petugas adalah dilarang bicara terlalu banyak dengan napi. Harus selalu pasang wajah garang. Bersikap tegas, bertindak tegas jika melihat napi tidak tertib.

Tugas petugas itu membuat mereka selalu tegang dan lama-lama bosan. Napi yang cerdik bisa membaca, mana petugas yang bosan, mana petugas yang punya problem hidup rumit, mana petugas yang berwajah garang tapi hatinya lembut. 

Napi bakal berusaha keras mengakrabi petugas jenis tersebut. Tujuannya cuma satu: setelah akrab, suatu saat petugas itu akan dimanipulasi napi. Tujuan akhirnya, napi kabur dengan sedikit bantuan petugas itu.

Jadi, Deitch menekankan, kaburnya napi bukan cuma karena sarana prasarana penjara yang jelek dan dijebol, tapi lebih penting pada menjebol emosi petugas penjara. Sebab, napi tanpa bantuan orang lain (termasuk petugas) sangat sulit untuk kabur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: