Puncak Musim Kemarau Indonesia Jatuh di Bulan Juli dan Agustus, BMKG Paparkan Analisanya

Puncak Musim Kemarau Indonesia Jatuh di Bulan Juli dan Agustus, BMKG Paparkan Analisanya

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memaparkan hasil analisa awal musim kemarau 2024 pada 699 Zona Musim (ZOM) di Indonesia. --BMKG

HARIAN DISWAY - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memaparkan hasil analisa awal musim kemarau 2024 pada 699 Zona Musim (ZOM) di Indonesia.

Pengertian ZOM sendiri merupakan daerah dengan perbedaan rata rata pola hujan yang signifikan selama periode musim kemarau dan periode musim penghujan. 

Dari keseluruhan 699 ZOM di Indonesia, sebesar 445 ZOM (63,66 persen) diprediksikan akan memasuki awal musim kemarau pada bulan Mei hingga Agustus 2024. 

BACA JUGA: BMKG: Awal Musim Kemarau Tahun 2024 Diprediksi Mundur

Prediksi tersebut menunjukkan bahwa 284 ZOM (40,63 persen) mengalami kemunduran awal musim kemarau dari periode normalnya, 174 ZOM (5,00 persen) maju dari periode normal, dan 104 ZOM (14,88 persen) tetap pada periode normalnya.

Kemudian, secara umum puncak musim kemarau Indonesia diprediksikan akan jatuh pada bulan Juli dan Agustus 2024. Dari 537 ZOM (77,27 persen), sebagian besar mengalami puncak musim kemarau pada periode normalnya.   

Sementara itu, musim kemarau 2024 diprediksikan akan berlangsung selama 3 hingga 15 dasarian atau sekitar satu hingga lima bulan, di sebagian besar wilayah Indonesia. Durasi ini diprakirakan akan lebih pendek dari normalnya pada 409 ZOM (58,51 persen).

BACA JUGA: Musim Hujan Datang! Yuk Flashback Unggahan Lucu dan Viral Warga TikTok saat Mengeluhkan Musim Kemarau

BMKG menghimbau kepada Kementerian atau Lembaga, Pemerintah Daerah, institusi terkait serta seluruh masyarakat untuk selalu siap dan antisipasi dengan potensi dampak yang terjadi selama musim kemarau.

Terlebih pada wilayah yang mengalami musim kemarau di bawah normal atau dengan kondisi yang lebih kering. Pasalnya, wilayah tersebut diprediksikan mengalami peningkatan risiko bencana kekeringan, kekurangan sumber air, serta kebakaran hutan.

Disamping itu, tindakan antisipasi juga diperlukan di wilayah dengan prediksi musim kemarau di atas normal atau yang wilayahnya lebih basah dari normal, terutama untuk tanaman pertanian dan juga hortikultura yang sensitif akan curah hujan tinggi. (Hayu Anindya Azzahra)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: bmkg