Lawang Sewu Bersejarah sebagai Saksi Perang Lima Hari, Benarkah Angker?

Lawang Sewu Bersejarah sebagai Saksi Perang Lima Hari, Benarkah Angker?

Gedung utama Lawang Sewu yang megah. Bangunan itu dulu menjadi kantor pusat kereta api di era kolonial. --HARIAN DISWAY

Maka saat ini bangunan tersebut dijadikan sebagai museum dan galeri kereta api. Dikelola oleh Unit Heritage KAI dan anak perusahaan tersebut: KAI Wisata. Lebih masuk ke dalam terdapat ruangan-ruangan yang dibatasi dinding dan puluhan pintu.


Pintu-pintu yang berjajar membatasi setiap ruang di Lawang Sewu. Banyaknya pintu membuat destinasi itu dinamakan Lawang Sewu atau pintu seribu. --HARIAN DISWAY

Sesuai namanya: Lawang Sewu. Dalam bahasa Indonesia berarti "seribu pintu". Pintu tiap ruang dari ujung memanjang seperti visual perspektif. Tiap ruangan ada empat pintu di empat sudut. Entah ada berapa ruangan dan berapa pintu yang ada di Lawang Sewu.

BACA JUGA: Spiritual Journey Seruni Niskala di Perwara Pawitra (2): Tergetar di Candi Kerajaan, Bahagia di Candi Gajah

Turun ke bawah terdapat berbagai ruang yang menjajakan cinderamata. Seperti kue-kue khas Semarang atau berbagai aksesoris lainnya.

Busana lurik Jawa, blangkon, serta gelang-kalung. Di sebelah gedung itu adalah ruang terbuka yang terdapat meja-kursi untuk bersantai. Terdapat beberapa booth yang menjajakan makanan dan minuman.

Di dekat pintu masuk gedung utama, terdapat tenda musik. Dua musisi menghibur tiap pengunjung yang datang ke lokasi wisata Lawang Sewu. Gedung utama itulah yang paling besar. Dan di salah satu sudut di dalam ruangan itulah acara uji nyali itu digelar.

BACA JUGA:Nikmati Senja Jingga di Pantai Lorena Lamongan

Memasuki gedung utama, tak ada kesan angker. Justru hawa sejuk meresap. Cukup nyaman di tengah teriknya cuaca kota Semarang.

Pengelola menyediakan sebuah ruang dengan proyektor yang menyorot gerakan manusia. Gerak yang ditangkap diolah menjadi video art yang ditayangkan di dinding bangunan itu. Lengkap dengan buncahan-buncahan warna ekspresif.

Tepat di tengah ruangan terdapat tangga yang cukup megah dengan dinding di kanan-kiri yang tebal dan kokoh. Tangga itu menuju ke lantai dua.

BACA JUGA: Spiritual Journey Seruni Niskala di Perwara Pawitra (4-Habis): Turun Mengantar Pulang

Terdapat ruangan di sisi kiri dan kanan yang ditutup untuk umum. Mungkin sedang dilakukan renovasi atau memang ruangan itu dijaga kelestariannya.


Tangga menuju lantai dua dan hiasan kaca patri. Arsitektur khas kolonial. --HARIAN DISWAY

Di dinding raksasa sebagai latar tangga itu terdapat kaca patri yang terdiri dari tiga bagian. Seperti lukisan kaca dalam sebuah gereja. Kaca kiri dan kanan membentuk seperti pola huruf "n" kecil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: