RS Unair-ITS Kembangkan Aplikasi Pemantau Pasien Gagal Ginjal

RS Unair-ITS Kembangkan Aplikasi Pemantau Pasien Gagal Ginjal

Ketua tim peneliti Dini Adni Navastara menjelaskan aplikasi SahabatCAPD.-Humas RS Unair-

SURABAYA, HARIAN DISWAY – Insitut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menggandeng Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) untuk mengembangkan aplikasi SahabatCAPD. Terobosan ini diklaim memudahkan dokter dalam melakukan pemantauan pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD). 

Pengembangan ini sekaligus menjadi bukti komitmen ITS untuk terus mengembangkan dan menciptakan inovasi teknologi di bidang kesehatan. Ketua tim peneliti Dini Adni Navastara menjelaskan, inovasi ini berawal dari gagasan kreatif mahasiswa ITS yang berpartisipasi dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun 2021 silam. 

Pada saat itu, Dini yang juga merupakan dosen pembimbing tim PKM melihat potensi besar dalam ide mahasiswa. Menurutnya, aplikasi itu bisa meningkatkan sistem pemantauan dan pengelolaan kondisi pasien gagal ginjal kronis. “Namun, anggota tim mahasiswa tersebut saat ini telah menyelesaikan studinya di ITS,” ungkap Dini dalam keterangannya, Selasa, 2 April 2024.

Sayang jika ide bagus itu tak dikembangkan alias mandek. Dini kemudian berinisiatif untuk melanjutkan penelitian dalam pengembangan aplikasi SahabatCAPD. Termasuk menerapkan teknologi deep learning dalam aplikasi. Pemilihan deep learning didasari dari penelitian sebelumnya yang menunjukkan teknologi tersebut berhasil mendiagnosis kondisi medis melalui citra.

BACA JUGA:Terimbas Gempa, Konstruksi RS Unair Akan Dihitung Ulang

BACA JUGA:Gempa Tuban Guncang Surabaya, Pakar ITS Nyatakan Ada Sesar Aktif Pulau Jawa 

“Meskipun begitu, belum ada penelitian khusus berbasis deep learning terkait CAPD untuk deteksi risiko komplikasi menggunakan effluent dialysate,” tambah dosen Departemen Teknik Informatika ITS . Melalui penerapan deep learning, aplikasi ini memiliki potensi untuk mengenali pola-pola yang rumit dan menafsirkan data cairan buangan dengan lebih akurat.

Sehingga aplikasi ini diklaim bisa mendeteksi kemungkinan risiko komplikasi dengan lebih baik. Aplikasi SahabatCAPD juga dilengkapi dengan fitur keluhan yang lebih lengkap. Dengan begitu, informasi tambahan yang diterima bisa memudahkan dokter dalam melakukan diagnosa perkembangan pasien secara lebih komprehensif. 


Tim gabungan RS Unair dan ITS yang membahas aplikasi SahabatCAPD.-Humas RS Unair-

Keterlibatan RSUA dalam penelitian sangat membantu Dini. Dia bisa mengoptimalkan data pasien yang relevan untuk meningkatkan akurasi dan efektivitas aplikasi. Melalui kolaborasi ini Dini berharap aplikasi penelitiannya dapat diuji dan disesuaikan secara lebih cermat, sesuai kebutuhan pasien gagal ginjal kronis yang sedang menjalani terapi CAPD di RS tersebut.

Lebih jauh, Dini menuturkan bahwa seluruh fitur pencatatan, pendeteksian, dan pemantauan yang telah dikembangkan dalam aplikasi bertujuan untuk mengurangi kasus komplikasi gagal ginjal kronis yang selama ini tidak terdeteksi sejak dini. 

BACA JUGA: Keren! ITS Luncurkan Purwarupa PLTS Apung Laut Pertama di Indonesia

BACA JUGA:5 Poin Seruan 44 Guru Besar ITS untuk Demokrasi

"Pasalnya, 16 persen risiko kematian pasien terapi CAPD disebabkan oleh komplikasi akibat kelalaian, kesalahan teknis dan kesalahan dalam pemantauan terhadap pasien,” ungkap Dini, Kasi Hubungan Pelanggan dan Perencanaan Bisnis Direktorat Pengembangan Teknologi dan Sistem Informasi (DPTSI) ITS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: