Dengan Chapter Pemberani, IKA Unair Cabang Tulungagung dan KPHL Sendang Bantu Warga Tenggarejo Kembalikan Kesuburan Tanah
Penyerahan secara simbolis bantuan dari IKA Unair Cabang Tulungagung kepada petani Tenggarejo berupa bor pembuat biopori. --IKA Unair Cabang Tulungagung
TULUNGAGUNG - Ikatan Alumni (IKA) Universitas Airlangga Cabang TULUNGAGUNG kembali melanjutkan program Aksi Merdeka Air dan Tanaman (AMERTA). Diawali dengan pembuatan sumur bor, pada Minggu, 21 Juli 2024 digelar Chapter Pemberdayaan Peternak, Pekebun dan Petani (Pemberani).
Mereka memberikan pengetahuan kepada warga Tenggarejo, Tanggunggunung, Tulungagung, untuk mengembalikan kesuburan tanah. Kegiatan itu dilakukan IKA Unair Cabang Tulungagung berkolaborasi dengan Komunitas Peduli Hutan Lindung (KPHL) Sendang, Tulungagung.
Sebagai narasumber dan mentor, Ketua KPHL Slamet Wahyudi menyatakan akibat penggunaan bahan-bahan kimia sekitar 15 sentimeter lapisan atas tanah menjadi keras dan miskin organisme pengurai. Dampaknya, ketika hujan air tidak bisa meresap ke dalam tanah.
BACA JUGA: Melalui Program AMERTA, IKA Unair Cabang Tulungagung Sumbang Sumur Bor untuk Warga Desa Tenggarejo
"Sehingga tanah begitu kering. Solusinya kita harus kembali ke pupuk organik dan membuat biopori supaya air bisa meresap," ungkap Slamet, di hadapan 20 petani Tenggarejo yang mengikuti materi bertajuk Sayangi Bumi, Sedekah Oksigen.
Melalui pembuatan biopori yang diisi dengan pupuk organik tidak hanya bisa mengembalikan kesuburan tanah tetapi juga menjaga kelembapannya. "Sehingga kita tidak perlu menunggu musim hujan untuk bercocok tanam," tegas Slamet.
Dalam pertemuan itu, IKA Unair Cabang Tulungagung dan KPHL menyerahkan bantuan dua alat. Untuk membuat biopori dan penggiling kotoran kambing sebagai bahan pupuk organik. Serta bibit tanaman keras yang daunnya bisa digunakan sebagai pakan ternak.
Pelaksanaan program AMERTA dengan Chapter Pemberani pada Minggu, 21 Juli 2024. Ada 20 petani Tenggarejo yang mengikuti materi bertajuk Sayangi Bumi, Sedekah Oksigen. --IKA Unair Cabang Tulungagung
Sementara, pada pertemuan pertama, Juni 2024 lalu, Slamet telah mengajari pembuatan pupuk organik berbahan kotoran hewan dan probiotik. Juga diserahkan alat ukur kesuburan tanah.
Atas bantuan itu, warga berharap akan mendapatkan manfaatnya. Salah seorang warga Tenggarejo menceritakan bahwa dari 700 pohon, tinggal 30 yang hidup. Padahal umurnya sudah tiga tahun dan sedang berbuah," tuturnya.
Karena itu warga Tenggarejo merasakan sulitnya panen. "Semua buah yang masih kecil-kecil itu rontok. Saya sempat mengumpulkannya dapat berkarung-karung," ungkap pria berkumis ini.
BACA JUGA: Khofifah Ajak IKA Unair UK Berkontribusi pada Pembangunan IKN
Setelah buah, daun alpukat dari berbagai jenis, seperti markus dan aligator itu juga rontok. Diikuti pohonnya yang kemudian mengering. Tinggal 30 pohon yang mampu bertahan hidup. Namun, kondisinya sangat tidak sehat.
Suroto lantas mencari informasi terkait tanaman alpukatnya. Salah seorang menyarankan untuk mengecek kondisi tanahnya. "Ternyata kadar asamnya sangat tinggi. Menurut informasi yang saya peroleh karena penggunaan zat kimia yang berlebihan," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: