Alami Depresi saat Pendidikan Spesialis, Ini Tindak Lanjut yang Perlu Dilakukan
Kasus PPDS yang alami depresi dapat ditindaklanjuti agar mendapatkan penanganan yang baik. --freepik
HARIAN DISWAY - Menanggapi isu depresi di kalangan mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) ada beberapa tindak lanjut yang perlu dilakukan. Setidaknya ada lima cara yang disampaikan oleh Guru Besar FKUI Prof. Tjandra Yoga Aditama.
Untuk mengungkapkan lebih jelas tentang masalah depresi ini, Prof. Tjandra menyarankan dilakukan metode skrining serupa terhadap program pendidikan lain dan juga masyarakat umum.
Sehingga tak hanya untuk kalangan mahasiswa PPDS. Hal tersebut dilakukan guna mengetahui angka depresi di Indonesia.
BACA JUGA: Data Kemenkes: 22,4 Persen Calon Dokter Spesialis Alami Depresi, Paling Banyak Dari Spesialis Anak
“Itu adalah tindak lanjut pertama yang perlu dilakukan. Apalagi belakangan memang banyak disebut kenaikan angka depresi di negara kita dan juga di dunia,” ungkap Prof. Tjandra.
Prof. Tjandra menyampaikan bahwa dengan diberikannya skrining pada program pendidikan lain akan ada poin pembanding untuk menjelaskan isu depresi yang diderita oleh PPDS.
Memiliki pembanding akan menjadi nilai yang bisa menjelaskan apakah angka depresi itu juga ada di program pendidikan lain.
BACA JUGA: 22,4 Persen Calon Dokter Spesialis Depresi, Khofifah Bersyukur Tak Ada PPDS dari RSUD Dr Soetomo
“Kalau ada pembanding maka kita tahu apakah tingginya angka depresi memang hanya pada peserta PPDS atau memang dunia pendidikan pada umumnya,” jelas Prof. Tjandra.
Tindak lanjut selanjutnya adalah survei Kemenkes ini hanya merupakan skrining massal. Jadi hal tersebut baru saja sampai pada tahap awal.
Setelah diadakan skrining tersebut, perlu dilanjutkan dengan memverifikasi gejala yang dialami oleh PPDS yang mengisi survei untuk didiagnosa lebih lanjut.
BACA JUGA: Ribuan Calon Dokter Spesialis Alami Depresi, Begini Tanggapan Ahli
Caranya dapat dilakukan dengan memeriksa evaluasi psikologis mereka seperti suasana hati, nafsu makan, pola tidur, dan tingkatan aktivitas pikiran.
“Untuk menghindari penyakit lain, tenaga medis juga mungkin akan melakukan pemeriksaan fisik dan melakukan tes darah,” ujar Prof. Tjandra.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: diolah dari berbagai sumber