Maraknya Kasus Bunuh Diri, Kenali Penyebab dan Cara Pencegahannya dari Ahli
Margaretha SPsi, GCertEd, MSc sebagai Peneliti Kesehatan Mental dari Universitas Airlangga Surabaya. --dokumen pribadi
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Bunuh diri marak. Nyatanya berdasar data dari Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas), di periode Januari sampai Agustus 2024 setidaknya polisi menangani 849 kejadian bunuh diri dan menduduki
Data tersebut menjadikan kasus bunuh diri menduduki peringatan ke empat menyumbang kasus “gangguan ketertiban” pada 2024 selain penemuan mayat, kebakaran dan orang hilang.
Selain itu menurut Margaretha, SPsi, GCertEd, MSc sebagai Peneliti Kesehatan Mental dari Universitas Airlangga Surabaya, jika bunuh diri khususnya pada anak muda adalah salah satu tiga besar kematian yang disebabkan penyakit tidak menular.
BACA JUGA: Psikolog: Bunuh Diri Mahasiswi UC Bisa Dipicu Rentetan Kekecewaan
"Artinya persoalan bunuh diri bukan hanya soal kesehatan, tetapi juga persoalan sosial," ujarnya. Lebih lanjut, ia menyebut ada tiga tahap yang membuat seseorang melakukan bunuh diri. Yaitu adanya ide bunuh diri yang muncul.
Saat permasalahan dirasa tak kunjung selesai atau emosional tidak dikelola dengan baik. Lalu kedua, rencana bunuh diri. Di tahap ini terdapat perbedaan gender,. Perempuan akan banyak mencari bantuan atau memberikan tanda-tanda.
Sebelum dia melakukan bunuh diri. Sedangkan laki-laki jika sudah punya rencana bunuh diri, mereka akan memikirkan cara atau strategi paling efektif agar usaha bunuh dirinya berhasil.
BACA JUGA: Inilah 5 Kasus Bunuh Diri di Indonesia Sepanjang 2023 - 2024
Maka berdasar data American Foundation for Suicide Prevention (AFSP) jika laki-laki lebih banyak yang meninggal karena bunuh diri. "Karena dari kecil laki-laki diajarkan lebih kuat dan jarang diajak mengobrol mengenai perasaan," katanya.
"Maka mereka kurang mampu mengenal emosi mereka sendiri," lanjutnya. Lalu ketiga adalah aksi bunuh diri. Perempuan lebih cenderung memilih cara yang tidak ekstrem, tetapi pelan-pelan seperti minum obat.
Ini yang membuat percobaan bunuh diri pada perempuan lebih banyak gagal dibanding laki-laki.
"Padahal perempuan lebih sering mengalami depresi dari pada laki-laki, karena adanya perubahan hormon dan parenting yang didapat, membuat perempuan lebih cenderung perasa dan peka terhadap perubahan sosial dan emosi," terangnya.
BACA JUGA: Ini Pernyataan Resmi Humas UK Petra Tentang Mahasiswannya yang Bunuh Diri
Maka dari itu, menurut Margaretha ada beberapa hal yang bisa diupayakan jika saat ini kamu sedang depresi. Yaitu jika perempuan, kita harus mengenali dan mengendalikan adanya perubahan hormon pada perempuan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: