Ini Misi Nina di Ajang The Social Forum of The Human Right Council: Hai Uni Eropa, Stop Ekspor Sampah!

Ini Misi Nina di Ajang The Social Forum of The Human Right Council: Hai Uni Eropa, Stop Ekspor Sampah!

Nina ikut beraksi dalam aksi terkait polusi plastik yang telah mendatangkan malapetaka pada komunitas dan lingkungan global yang dipicu oleh kepentingan perusahaan bahan bakar fosil. --Dokumen pribadi


Nina ketika bicara dalam The Social Forum of The Human Right Council yang berlangsung di lantai II Ruang 202 Shaw Centre, Ottawa, pada 27 April 2024. --Dokumen pribadi

“Jadi ya harus dong mereka ikut bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan di Indonesia. Sungguh tidak adil bahwa kita negara berkembang harus mengolah sampah dari negara maju," katanya.

Dari pengalaman observasinya, Nina selama ini menemukan fakta ada dampak lingkungan akibat sampah impor dari negara maju di antaranya pembakaran dan sampah plastik yang tidak bisa didaur ulang.

Sampah-sampah plastik ini menyebabkan timbulnya polusi dioksi yang menyebabkan gangguan pada pernafasan dan sakit paru-paru.

BACA JUGA: Temukan Kuburan Massal di Rumah Sakit Gaza, PBB Tuntut Adakan Penyelidikan

Yang memprihatinkan, setiap tahun ada lebih dari 5 juta ton sampah kertas dan jutaan ton sampah plastik yang didaur ulang di Indonesia.

Padahal industri daur ulang tidak memiliki kapasitas pengolahan limbah yang baik berakibat pencemaran mikroplastik dan bahan aditif plastik di perairan.

Ironisnya, air sungai yang dibuangi limbah pabrik daur ulang menjadi bahan baku air minum dan irigasi untuk perikanan ribuan Hektare tambak di Sidoarjo.

Over the years, it has been proven that recycling does not work. Most plastic cannot be recycled and ends up in my river. Developed countries send their plastic burden to us, but we can't even manage our waste! This is not fair,” ujarnya. 

“Ini tidak adil! Negara maju harus menghentikan mengirim sampah plastiknya ke Indonesia dan negara berkembang lainnya di ASEAN, negara di Eropa tahu jika daur ulang itu kotor dan membutuhkan energi tinggi dalam proses kerjanya,” ujar siswi kelas III SMA Muhammadiyah 10 Gresik itu.

BACA JUGA: Panas Ekstrem Thailand, 30 Orang Tewas Terpanggang Suhu 40 Derajat

Ia lalu membuat para delegasi itu menyimak paparannya tentang fakta bahwa banyak industri daur ulang di Eropa yang tutup karena high cost dan minimnya permintaan plastik hasil daur ulang karena virgin plastic lebih murah.

Untuk memuluskan misinya itu, Nina menulis surat protes kepada delegasi Norwegia Erlend Arneson Haugen. “Saya akan meneruskan surat ini kepada anggota yang lain,” ujar Erlend kepada Nina. 

Tak hanya dalam forum, aksi Nina juga dia lancarkan di depan publik. Ia bahkan bicara dengan Menteri Lingkungan dan Perubahan Iklim Kanada Steven Guilbeault. Kepadanya Nina minta PM Justin Trudeu menjawab surat protes sampah impor yang dilayangkannya.
Nina bicara dengan menteri lingkungan Kanada Steven Guilbeault dalam pawai untuk mengakhiri Era Plastik, di Ottawa, pada 21 April 2024. --Dokumen pribadi

BACA JUGA: Israel Serang Gaza, Al-Quds Dukung Perlawanan Palestina

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: