Cheng Yu Pilihan Ketua Umum Matakin Budi S. Tanuwibowo: Wu Chi Zhi Chi Wu Chi Yi
Cheng yu pilihan Ketua Umum Matakin Budi S. Tanuwibowo: wu chi zhi chi wu chi yi. --HARIAN DISWAY
HARIAN DISWAY - Perayaan Imlek yang diselenggarakan Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin), Senin (12/2) kemarin, mengangkat tema yang diwejangkan Mencius dalam kitab Mengzi (孟子): "Malu Bila Tidak Tahu Malu, Menjadikan Orang Tidak Menanggung Malu" (无耻之耻无耻矣 Wú Chǐ Zhī Chǐ Wú Chǐ Yǐ).
"Matakin secara sadar mengangkat tema itu untuk mengingatkan bahwa bangsa Indonesia ini punya harta yang sangat berharga yaitu persatuan. Dan harta yang sangat berharga ini tidak boleh hancur hanya karena perebutan kekuasaan," kata Budi S. Tanuwibowo, ketua umum Matakin.
Untuk itulah, "Kita semua, terutama yang berlaga dalam pemilu, mesti selalu ingat bahwa semanis-manisnya kekuasaan yang --menurut Jiang Qing, mendiang Mao Zedong-- lebih nikmat daripada seks, akan dibayar mahal dengan hancurnya persatuan kalau tidak dikelola dengan hati-hati," lanjut Budi.
BACA JUGA: Cheng Yu Pilihan Ketua Yayasan Budi Bakti Bersama, Sampit Hang Ali: You Jiao Wu Lei
Guna menghindari hal buruk tersebut, Budi menegaskan, "Rasa malu harus menjadi rem. Sebab, betapapun nikmatnya kekuasaan, kepentingan bangsa, kepentingan rakyat, kepentingan Indonesia, tetap jauh lebih penting dari kepentingan apapun, termasuk kepentingan menjadi presiden yang cuma 5 tahun!"
Maka, Budi mengajak, "Malulah kalau kita melakukan hal-hal yang tidak berkenan di hati rakyat. Malulah kalau kita meninggalkan warisan Indonesia yang tercerai berai."
Budi berharap, ke depan akan lahir pemimpin yang seperti air: yang menyatukan tanpa menonjolkan. Ia mengambil contoh sebuah gedung yang berdiri kokoh.
Beton, besi, dan batu mungkin saling cekcok untuk menyebut dirinya yang paling berjasa dalam tegaknya bangunan tersebut. Tapi, benda-benda (yang kelihatan) itu tak akan menyatu kalau tidak ada air (yang tidak kelihatan).
Ciri-ciri pemimpin yang begitu, terang Budi, ialah "yang ke atas takut kepada Tuhan. Ke bawah mencintai tanah air lebih dari mencintai apa pun. Ke belakang memahami sejarah, sehingga tidak mengulangi kesalahan yang sama di masa depan," katanya.
"Ke kiri selalu belajar, karena dunia selalu berubah. Ke kanan membangun relasi, baik nasional maupun internasional. Ke depan selalu siap dan tanggap menghadapi perubahan. Di tengah mempunyai jiwa welas asih, karakter yang unggul, visi yang jauh ke depan, rasa tahu malu, mengikuti proses, dan tahu diri." (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: