Meneroka Kebijakan Luar Negeri Prabowo (1): Strategi dan Arah Kebijakan

Meneroka Kebijakan Luar Negeri Prabowo (1): Strategi dan Arah Kebijakan

ILUSTRASI Strategi dan arah kebijakan politik luar negeri Prabowo Subianto. Diprediksi, Prabowo akan meneruskan kebijakan Jokowi.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Setidaknya, Prabowo dapat mengingat-ingat kebijakan yang pernah diterapkan Jokowi untuk mengevaluasi keanggotaan Indonesia pada organisasi-organisasi internasional yang tidak mendatangkan manfaat yang signifikan untuk pendapatan negara. 

Dengan menilai bahwa sebuah negara atau organisasi internasional tidak mendatangkan manfaat tertentu bagi Indonesia, Jakarta atau Nusantara ke depan tinggal memfokuskan diri pada negara-negara yang secara simultan mampu menghadirkan investasi pada kawasan-kawasan yang masih tertinggal.

Dependensi pada kebijakan luar negeri era Prabowo dapat diarahkan untuk merangkul kembali mitra nontradisional Indonesia agar menjadi sasaran dari ekspor komoditas strategis, khususnya barang-barang jadi. 

Ekspor KA ke Bangladesh dan negara-negara Afrika dapat terus ditingkatkan sebagaimana industri strategis yang sekarang berada di bawah holding perusahaan BUMN pertahanan, yakni DEFEND.ID, dapat terus dipasarkan dengan melanjutkan portofolio Prabowo sebagai ketua harian Komite Industri Pertahanan kemudian menjadi ketua. 

Produk-produk dari Pindad ke Malaysia, Australia, Kamboja, Nigeria, Singapura, Timor Leste, dan Filipina perlu diperluas lagi cakupan pasarnya sebagaimana PT PAL mengekspor produk ke Uni Emirat Arab, Aljazair, Malaysia, Arab Saudi, Meksiko, dan Nigeria. 

MELANJUTKAN NONBLOK

Dari dulu, kebijakan luar negeri Indonesia memang diposisikan untuk tidak berpihak ke negara mana pun. 

Komitmen Prabowo untuk menempatkan Indonesia tidak berpihak pada pihak tertentu dalam kebijakan luar negeri menguntungkan Jakarta dan Nusantara nantinya untuk mendapatkan investasi besar dari pihak mana pun, termasuk Beijing. 

Prabowo dekat melalui lobi-lobi melalui seniornya, Luhut Binsar Pandjaitan, sambil menjaga hubungan dengan Washington, yang Prabowo sendiri pernah menempuh pendidikan militer di Fort Benning, AS.

Penting untuk melihat posisi Prabowo menghadapi implikasi dan tantangan dalam menjalankan kebijakan luar negerinya. Visi Indonesia 2045 sebagai negara maju memberikan satu harapan besar bahwa Indonesia dapat mengambil posisi yang lebih signifikan lagi dalam dunia internasional. 

Pengambilan peran itu dirasa penting ketika Indonesia membutuhkan suatu daya dukung untuk menopang kebutuhan domestik dan menunjukkan citra diri Indonesia sebagai negara yang memiliki peran penting di dalam percaturan politik global. (*)


Probo Darono Yakti, dosen Hubungan Internasional FISIP Unair dan direktur Center for National Defence and Security Studies

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: