Gandeng Paguyuban Masyarakat Tionghoa Surabaya dan SAS, Unimaxx Latih Anak Muda hingga Lansia tentang Toys Photography dan Diorama

Gandeng Paguyuban Masyarakat Tionghoa Surabaya dan SAS, Unimaxx Latih Anak Muda hingga Lansia tentang Toys Photography dan Diorama

Suasana pelaksanaan Pelatihan Seni + Bagi Ilmu PMTS bersama Denny Dcolo di Kantor APINDO lantai 2 Surabaya, Sabtu, 25 Mei 2024 yang kali ini mengambil tema tentang Toys Photography dan Diorama. -M. Azizi Yofiansyah-

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Paguyuban Masyarakat Tionghoa Surabaya (PMTS) menggandeng Unimaxx Photo Community dan Surabaya Art Society (SAS) secara rutin menggelar pelatihan dalam program Pelatihan Seni + Bagi Ilmu PMTS.

Mereka mengajak anak berkebutuhan khusus (ABK), lansia, UMKM, hingga pemuda-pemudi untuk berkarya di bidang seni. Tiga perkumpulan dengan latar belakang yang berbeda itu memang memiliki cita-cita yang sama.

Yaitu membantu ABK agar lebih mandiri dan mengembangkan bakatnya serta membantu UMKM dalam menyiapkan bahan promosi. Pelatihan itu rutin diadakan setiap Sabtu pukul 14.00 WIB.

“Untuk lansia, umur yang tua biasanya kalau tak ada aktivitas kan bisa membuat mereka cepat pikun. Makanya, kita kasih wadah supaya orang tua itu bisa datang ke sini untuk beraktivitas,” kata Ketua Unimaxx Photo Community Denny Dcolo.

BACA JUGA: Lorong Harmonisasi Lasem pada Pameran Fotografi Peter Wang

"Berlangsung di Kantor Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) lantai 2 di Jalan Dr. Ir. H. Soekarno, pada Sabtu terakhir di bulan Mei, kami mengajak semua orang happy memotret dan bergoyang bersama dalam line dance," kata Denny. 


Christian Jason 17 Tahun (kanan) dengan fokus memotret objek di depannya dalam acara Program Pelatihan Seni + Bagi Ilmu PMTS di Kantor APINDO lantai 2 Surabaya, Sabtu, 25 Mei 2024.-M. Azizi Yofiansyah-

Denny menyebut agenda pelatihan dibuat secara acak setiap minggunya. Pada Sabtu, 25 Mei 2024, kebetulan pelatihan diberikan di bidang fotografi dengan tema Toys Photography dan Diorama. Ia sendiri bertindak menjadi mentornya. 

Denny yang sudah lama menggeluti toys photography menerapkan metode pembelajaran dengan berpraktik. Agar peserta mendapatkan ilmu secara langsung saat menemui kasus tertentu. Misalnya dalam hal pencahayaan.

BACA JUGA: Membersamai ABK dan Keluarga di Desa Tambakrejo, YPKABK dan ITS Gelar Workshop Ecoprint

Menurutnya, fotografi merupakan seni melukis cahaya dan bagaimana cara kita untuk memotret cahaya. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya penataan cahaya dalam menyampaikan pesan foto yang dramatis.

Ia juga menyatakan perlunya penataan angle dan komposisi dibandingkan dengan alat yang digunakan. Alat bukanlah hal yang terlalu penting dalam menghasilkan karya fotografi yang memikat. “Kita nggak harus pakai kamera mahal-mahal kok,” tegasnya.

Lim Pudjiono 64 tahun belajar memotret objek di depannya dengan menggunakan handphone dalam acara Program Pelatihan Seni + Bagi Ilmu PMTS di Kantor APINDO lantai 2 Surabaya, Sabtu, 25 Mei 2024.-M. Azizi Yofiansyah-

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: