Jokhanan Kristiyono: Gen Z dalam Pilkada 2024, Jangan Mau hanya Dijadikan Obyek!

Jokhanan Kristiyono: Gen Z dalam Pilkada 2024, Jangan Mau hanya Dijadikan Obyek!

Pemerhati komunikasi politik dari Stikosa AWS, Dr Jokhanan Kristiyono MMed,Kom.-Humas Stikosa-AWS-

HARIAN DISWAY - Gen Z, generasi yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, merupakan kelompok demografis yang besar dan penting dengan pengaruh yang semakin meningkat. Menurut pemerhati komunikasi politik dari Stikosa AWS, Dr Jokhanan Kristiyono MMed,Kom, untuk merangkul mereka dalam kegiatan politik, diperlukan strategi komunikasi yang tepat dan efektif. 

"Pertama, sudah barang tentu, memahami karakteristik, nilai, dan kebiasaan Gen Z. Mereka adalah generasi yang digital native, terbiasa dengan teknologi dan internet. Mereka kritis, ingin terlibat, dan peduli terhadap isu-isu sosial," terang Jokhanan yang juga tercatat sebagai Ketua Stikosa AWS, Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya ini, Rabu, 29 Mei 2024.

Dengan memahami karakteristik Gen Z, setiap individu atau kelompok politik yang terlibat dalam Pilkada 2024 bisa membuat analisa terkait platform digital yang lekat dengan mereka. Seperti Instagram, TikTok, YouTube, dan Twitter. Berikutnya, tinggal membuat konten yang menarik dan informatif, dalam format yang sesuai dengan preferensi mereka, seperti video pendek, meme, dan infografis.

"Beberapa tim komunikasi politik kerap lupa untuk melibatkan Gen Z dalam sebuah kegiatan kampanye. Akibatnya, sajian yang ada sangat tidak memenuhi selera Gen Z. Misal, bahasa yang digunakan kaku dan formal," tegas orang nomor satu di kampus komunikasi massa tertua di Indonesia Timur ini.

BACA JUGA:Kampus Stikosa AWS Bergerak! Ini Isi Petisi untuk Pemilu dan Pilpres 2024

BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa-AWS) Jokhanan Kristiyono: Yu Shi Tui Yi

Ia menegaskan, di tahap ini, kita harus menggunakan bahasa yang lugas, mudah dipahami, dan sesuai dengan gaya komunikasi Gen Z. Bangun komunikasi yang terbuka dan transparan, tunjukkan bahwa suara mereka didengar dan dihargai.

"Berikan kesempatan kepada Gen Z untuk terlibat dalam pengambilan keputusan dan proses politik. Adakan forum diskusi, survei online, dan polling untuk mendapatkan masukan mereka. Tunjukkan bahwa mereka adalah bagian penting dari proses demokrasi," tegasnya.

Upaya melibatkan Gen Z, lanjutnya, adalah wujud komitmen pelibatan Gen Z tidak sebatas sebagai object, tetapi juga sebagai subject. Hal yang sama tidak hanya dilakukan saat mengemas pesan, tapi juga pembuatan isu. 

"Angkat isu-isu yang penting bagi Gen Z, seperti perubahan iklim, keadilan sosial, dan kesehatan mental. Tunjukkan bagaimana kegiatan politik dapat memberikan solusi untuk masalah-masalah tersebut. Sampai di sini, bila perlu, ajak influencer," tegas Jokhanan.

BACA JUGA:Set-jetting jadi Tren Wisata 2024, Ini Penjelasan Pakar Komunikasi Stikosa AWS

BACA JUGA:Wisuda Sarjana ke-27 Stikosa AWS, Peluang Besar dan Tantangan Sarjana Komunikasi di Era Digital

Bekerja sama dengan influencer Gen Z yang kredibel dan memiliki banyak pengikut. Influencer dapat membantu menyebarkan informasi dan mempromosikan kegiatan politik kepada audiens yang lebih luas.

"Dalam strategi komunikasi secara umum kita juga harus terbiasa untuk menggunakan logika dan cara menciptakan pengalaman yang interaktif. Gunakan gamification, augmented reality, dan virtual reality untuk menciptakan pengalaman yang interaktif dan menarik bagi Gen Z. Hal ini dapat membantu meningkatkan partisipasi dan engagement mereka," terang penulis buku Konvergensi Media dan Komunikasi Grafis ini,

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: