Populasi Jepang Makin Kritis, Angka Kesuburan di Titik Terendah
SEPASANG SUAMI-ISTRI berswafoto bersama anjing mereka di bawah pohon Sakura di Prefektur Shizuoka, 20 Februari 2024. Makin banyak pasangan Jepang yang memilih tidak punya anak.-Philip Fong-AFP-
TOKYO, HARIAN DISWAY – Kementerian kesehatan Jepang sudah menyalakan lampu merah. Mereka merasa bahwa populasi Negeri Matahari Terbit itu sudah terancam. Sebab, angka kesuburan sudah benar-benar mencemaskan, berada di titik terendah selama delapan tahun berturut-turut. Pemerintah merasa harus bertindak.
Data kementerian itu dirilis Rabu, 5 Juni 2024. Tingkat kesuburan tahun lalu mentok di angka 1,20. Artinya, sepanjang hidup, perempuan hanya punya 1-2 anak. Itu jauh di atas angka yang dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan populasi, yakni, 2,1. Atau perempuan punya 2-3 anak dalam masa hidupnya.
Tingkat kesuburan itu turun dari 1,26 pada 2022. Dan angkanya terus turun selama delapan tahun terakhir. Populasi Jepang, yang kini 124 juta jiwa pun terancam.
’’Angka yang terus turun ini menciptakan situasi kritis,’’ ujar pejabat kementerian yang diwawancarai Agence France-Presse.
Menurut dia, faktornya banyak. Antara lain, ketidakstabilan ekonomi, pekerjaan yang tidak menentu, hingga kesulitan merawat anak.
BACA JUGA : Populasi Tiongkok Menurun, Nikah Muda Dapat Tunjangan Rp 2 Juta
Turunnya angka kesuburan memang jamak terjadi di negara maju. Dan Jepang tetap lebih beruntung ketimbang Korea Selatan yang angka kesubururanna nyangkut di 0,72.
Tetapi, Jepang ada di peringkat kedua negara dengan proporsi jumlah lansia terbanyak. Nomor satu adalah Monaco. Dan itu menyulitkan dari sisi demografi. Jumlah penduduk usia produktif sangat sedikit. Dan mereka harus menyokong para lansia hingga anak-anak yang tidak bekerja. Itulah yang lantas menjadi krisis demografi.
Parlemen Jepang pun sudah menyetujui revisi undang-undang terbaru. Pemerintah siap mendukung finansial orang tua baru. Mereka juga akan meningkatkan akses layanan untuk anak dan menambah masa cuti melahirkan.
Itulah langkah terakhir yang dilakukan Jepang untuk mengerek angka kelahiran. Sebab, PM Fumio Kishida memang menggarisbawahi krisis demografi itu sebagai ancaman untuk masyarakat Jepang.
MENGGENDONG BAYI, dua pesumo ini adalah bagian dari Festival Bayi Menangis di Kuil Sensoji, Tokyo, 28 April 2024. Jumlah kelahiran di Jepang semakin drop.-Philip Fong-AFP-
Salah satu langkah yang disiapkan pemerintah adalah membangun aplikasi kencan di Tokyo. Aplikasi itu akan diluncurkan pada musim panas tahun ini. Pengguna harus mengunggah dokumen yang menunjukkan bahwa mereka benar-benar jomblo dan siap menikah.
Salah satu dokumen itu adalah bukti potongan pajak yang menunjukkan pengguna memang benar-benar bekerja. Selain itu ada wawancara untuk memverifikasi identitas pengguna.
Tertarik…?
“Silakan gunakan aplikasi ini sebagai ‘langkah pertama’ untuk memulai pencarian jodoh,” kata situs web aplikasi tersebut. Di web tersebut juga dituliskan bahwa sistem pencarian jodoh itu disediakan oleh Pemerintah Metropolitan Tokyo. Resmi dari pemerintah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: