Amad; Kisah Veteran dan Memori Satu Abad (3): Siapkan Tangga di Hotel Yamato

Amad; Kisah Veteran dan Memori Satu Abad (3): Siapkan Tangga di Hotel Yamato

Amad; Kisah veteran dan memori satu abad (3): siapkan tangga di Hotel Yamato. Perjalanan panjang Amad diceritakannya secara bersemangat saat berkunjung ke kantor Harian Disway.-Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Ibarat keluar dari mulut singa, masuk ke mulut buaya. Jepang pergi, Belanda kembali. Membonceng Sekutu Inggris. Masuk ke SURABAYA. Amad pun merasakan suasana mencekam. Bahkan terlibat peristiwa perobekan bendera di Hotel Yamato, SURABAYA.

Setiap kali mengenang peristiwa 1945 di Surabaya, Amad selalu terdiam. Pandangan matanya menerawang. Veteran sepuh itu masih berusia 23 tahun kala itu. Ia meluruskan tangannya di meja, lalu meletakkannya di paha. Seperti sedang gelisah.

Peristiwa itu memang sangat membekas dalam ingatannya. Termasuk pertempuran besar yang terjadi dua bulan setelah perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato. Ledakan demi ledakan. Teriakan demi teriakan. Silih berganti di kepalanya.

BACA JUGA:Amnesia Sejarah dan Pentingnya Arsip


Amad; Kisah veteran dan memori satu abad (3): siapkan tangga di Hotel Yamato. Semangat veteran ini menjadi kebanggaan Amad. Seragam itu adalah penanda perjuangan panjang.-Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY

"Setiap 19 September, saya selalu datang ke Hotel Yamato, yang sekarang berganti nama menjadi Hotel Majapahit. Meletakkan bunga di salah satu sudut. Tepat di atasnya adalah tiang bendera," ungkapnya. 

Kegiatan itu rutin ia lakukan. Namun ia lupa kapan persisnya ia memulai rutinitas itu. "Dulu bersama banyak veteran. Ada yang meninggal, tinggal empat. Lalu hanya tinggal saya sendiri saja," kenangnya.

Amad merasakan langsung mencekamnya Surabaya ketika Belanda mengibarkan merah-putih-biru. Kentongan warga dibunyikan. Bertalu-talu. Mengabarkan bahwa musuh telah kembali dan nekad memasang bendera mereka di tanah Surabaya. Tanah yang bagi mereka telah merdeka sejak 17 Agustus 1945.

"Orang-orang berseru, londo kurang ajar! Wani masang gendero! Ayo didukno rame-rame! (Belanda kurang ajar! Berani memasang bendera! Ayo diturunkan ramai-ramai! Red),"ujar veteran 102 tahun itu.

BACA JUGA:Hari Dermaga Nasional 17 Juni: Sejarah, Fungsi dan Jenis-jenis Dermaga

Amad kebetulan ada di sekitar Hotel Yamato. Ia kemudian berinisiatif mengambil tangga dari salah satu rumah warga. Kemudian menempatkannya di dinding hotel, tepat di atasnya adalah tiang bendera. 

Para pejuang pun naik menggunakan tangga itu ke atas. Dengan tujuan untuk merobek merah-putih-biru. Tapi sampai di lantai dua, mereka masih membutuhkan tangga lagi untuk naik ke atas. Sehingga Amad dan yang lain segera menyiapkan tangga selanjutnya.

"Akhirnya para pejuang berhasil naik ke atas. Ramai-ramai. Mereka menyobek warna birunya. Yang tersisa hanya merah-putih. Bendera nasional kita," ungkapnya. Jika ditanya siapa yang menyobeknya, Amad tak tahu. Sebab, saat itu keadaan sangat ramai.

"Banyak pemuda di atas. Mungkin mereka menyobeknya ramai-ramai. Tapi sekarang ini ada banyak yang ngaku-ngaku sebagai keturunan penyobek bendera. Kakeknyalah, bapaknyalah," ujarnya, kemudian menghela napas sejenak. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: harian disway