Memberantas Anemia Remaja dengan Program Aksi Bergizi

Memberantas Anemia Remaja dengan Program Aksi Bergizi

ILUSTRASI memberantas anemia remaja dengan program aksi bergizi.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Pertama, memperkuat suplementasi zat besi dan asam folat mingguan (tablet tambah darah atau TTD) untuk remaja putri. Itu diberikan bersama sarapan yang dibawa dari rumah untuk memfasilitasi penyerapan dan mengurangi efek samping dari TTD. 

Itu juga membantu menetapkan kebiasaan sarapan. Sebab, remaja tidak dapat melakukan secara teratur.

Kedua, edukasi gizi multisektoral. Itu adalah sesi peningkatan pengetahuan mengenai gizi dan kesehatan yang dilakukan secara interaktif dan menyenangkan seminggu sekali. Biasanya dilakukan segera setelah remaja putri minum TTD. 

Sesi tersebut berfokus pada berbagai masalah gizi dan kesehatan, termasuk kesehatan reproduksi, HIV/AIDS, sanitasi dan kebersihan air, kesehatan mental, zat adiktif, kekerasan dan cedera, dan penyakit tidak menular, sambil mengarusutamakan gender di semua isu. 

Sesi itu dirancang untuk memicu remaja putri dan putra untuk mempraktikkan karakter penting (soft skills) dalam kehidupan sehari-hari sambil meningkatkan pengetahuan mereka tentang masalah kesehatan dan gizi.

Ketiga, intervensi social behavior change communication (SBCC) yang komprehensif untuk meningkatkan perilaku makan sehat dan aktivitas fisik. Ada beberapa faktor. Yakni, satu, advokasi tingkat kabupaten dan provinsi untuk membangun kesadaran, komitmen, dan koordinasi.

Dua, penguatan kapasitas bagi pejabat kabupaten, tenaga kesehatan dan guru untuk melakukan, memantau, dan mengevaluasi program dan pelatihan dukungan sebaya untuk siswa. Semua faktor itu meningkatkan kebutuhan untuk mengarusutamakan kebijakan dan program gizi ke dalam rencana pembangunan kesehatan dan sektor lainnya yang relevan. 

Kebijakan itu menggabungkan rencana untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja tentang masalah-masalah seperti kesehatan reproduksi, zat adiktif, cedera, kesehatan mental, kebersihan pribadi, penyakit tidak menular, dan gizi. 

Tiga, kegiatan mobilisasi sekolah yang dirancang dan diikuti remaja sendiri seperti lomba sekolah, demonstrasi memasak, kebun sekolah, poster pilihan makanan sehat yang ditampilkan di kantin sekolah, dan kegiatan yang melibatkan siswa lainnya. 

Pelatihan media sosial, menulis, dan produksi video pendek untuk remaja agar remaja dapat berbagi pembelajaran mereka dari program ini dengan teman sebaya dan keluarga.

Dengan tiga faktor di atas, aksi bergizi dapat dirancang melalui serangkaian konsultasi dengan pemangku kepentingan multisektor di tingkat nasional dan subnasional. 

Termasuk dengan Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, dan Kementerian Dalam Negeri, serta pemerintah provinsi dan kabupaten. Yang paling penting, dengan remaja. 

Komponen utama dari aksi bergizi adalah keterlibatan remaja di seluruh proses desain, implementasi, dan pemantauan program secara musyawarah. (*)


Hariyono, dosen magister ekonomi kesehatan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Airlangga--

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: