Pati Sarang Penyamun?

Pati Sarang Penyamun?

ILUSTRASI apakah Pati sarang penyamun? Selebgram Teyeng Wakatobi justru membela pengeroyok Burhanis hingga tewas.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Kamis, 6 Juni 2024, atau bulan keempat setelah laporan polisi, Burhanis mengajak tiga temannya dari Jakarta untuk memburu mobil tersebut, yang terpantau GPS berada di Desa Sumbersoko, Sukolilo, Pati. Tepatnya, mobil di depan rumah Aris Gunawan, 35, di desa itu. Setelah mengambil, menyetir mobil tersebut, Burhanis diteriaki maling, lalu dimassa sampai tewas.

Sosiolog Universitas Gadjah Mada Sunyoto Usman kepada wartawan mengatakan, itu akibat public distrust terhadap polisi. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap polisi. Ada dua lapis ketidakpercayaan.

Pertama, Burhanis yang sudah lapor polisi tapi tidak ada tindak lanjut. Maka, ia pilih terjun sendiri mencari mobilnya. Ketika memburu mobil itu dari Jakarta ke Pati, ia pastinya tidak lapor polisi. Sebab, diduga ia tidak percaya kinerja polisi.

Kedua, warga Desa Sumbersoko, Sukolilo, Pati, mengeroyok Burhanis dan tiga kawannya serta membakar mobil Sigra yang dibawa Burhanis dari Jakarta. Itu main hakim sendiri. Tindakan main hakim sendiri, dianggap sosiolog Sunyoto, sebagai produk public distrust to police.

Terbaru, ada Teyeng yang membela warga main hakim sendiri. Pernyataan Teyeng, ”Jangan main-main di sini (Sukolilo),” menunjukkan ada penguasa massa di dalam negara Indonesia. Penguasa kejahatan main hakim sendiri. Pastinya, itu memperjelas bahwa Teyeng tidak percaya Polri, yang berdasarkan hukum, adalah satu-satunya penguasa Indonesia dalam ketertiban umum.

Jadi, ada tiga rangkap public distrust di kasus ini. Tiga jenis dalam bentuk tindakan yang berbeda-beda.

Lebih serius dari itu, muncul dugaan masyarakat bahwa Pati adalah sarang penadah kendaraan bermotor curian dari berbagai kota. Maksudnya, semua maling ranmor dari berbagai kota umumnya menjual mobil colongan mereka ke sana. Karena itu, ketika mengambil mobilnya sendiri di sana, Burhanis sang pemilik mobil dihabisi warga. 

Dugaan itu bukan isu. Melainkan, diceritakan kerabat Burhanis yang juga mitra bisnis Burhanis di rental mobil Mitra Cempaka Jakarta. Namanya Indra Natajaya, 58. Indra sering bersama Burhanis memburu mobil rental mereka yang dibawa kabur penyewa.

Indra: ”Ini risiko kami, pengusaha rental mobil. Penyewa membawa kabur mobil milik rental kami.”

Rental itu didirikan Burhanis pada 2008. Awalnya cuma ada dua mobil yang disewakan. Kemudian, Burhanis bermitra dengan Indra dalam mengelola perusahaan jasa rental itu. Selama 16 tahun rental Mitra Cempaka berdiri, sering mobil sewaan dibawa kabur penyewa. 

Awalnya dulu, kalau sudah dibawa kabur penyewa, mobilnya amblas alias hilang. Lalu, setelah muncul teknologi GPS, semua mobil rentalnya (18 unit) dipasangi GPS. Dengan begitu, posisinya terlacak GPS. Lantas, mereka lapor polisi atau memburu sendiri.

Kalau memburu mobil yang dilarikan penyewa, Burhanis selalu mengajak serta Indra. ”Kali ini (yang di Sukolilo) saya tidak diajak karena sedang repot. Ia (Burhanis) mengajak tiga karyawannya.”

Pemilik rental mobil sudah punya semacam SOP (standard operating procedure) dalam memburu mobil yang dilarikan penyewa. SOP-nya dijelaskan Indra begini:

”Dari Jakarta, kami membawa surat perjanjian rental. Isinya bahwa mobil itu disewa orang yang ada di surat itu. Kemudian, setelah kami tiba di tempat mobil itu berada sesuai pelacakan GPS, kami mendatangi ketua RT setempat. Kami jelaskan ke Pak RT berdasarkan bukti surat bahwa kami akan mengambil mobil milik kami yang berada di situ. Biasanya, Pak RT didampingi pengurus Karang Taruna dan pengurus wilayah setempat mendampingi kami menyita mobil.”

Dengan begitu, penyitaan mobil aman. Disaksikan ketua RT bersama warga. Orang yang menguasai mobil tersebut tidak bisa melawan. Sebab, penyitaan itu dianggap sah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: burhanis