Kolaborasi Internasional dan Untag: Membuka Lembaran Baru Makam Peneleh Surabaya

Kolaborasi Internasional dan Untag: Membuka Lembaran Baru Makam Peneleh Surabaya

Kunjungan pihak Begandring dengan Lembaga Belanda ke Makam Peneleh--

Kondisi memprihatinkan ini diperparah dengan minimnya keamanan di sekitar makam. Ketiadaan pagar atau tembok selama bertahun-tahun membuat situs bersejarah ini menjadi sasaran empuk para penjarah.

Bahkan, di masa lampau, area ini sempat menjadi tempat maraknya aktivitas narkoba.

BACA JUGA:Geliat Surabaya Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-17 (5) : Kampung Peneleh, Pusat Perbelanjaan Semangat

BACA JUGA:Toleransi dari Peneleh ala Habib Ja'far

Meskipun demikian, secercah harapan muncul di tengah situasi kelam ini. Berkat kerja sama antara Begandring, sebuah komunitas pecinta sejarah di Surabaya, dan TiMe Amsterdam, sebuah lembaga dari Belanda, proyek revitalisasi Makam Peneleh pun digagas.

Dengan dukungan dana dari pemerintah Belanda, proyek ini bercita-cita untuk mengubah Makam Peneleh menjadi sebuah "perpustakaan hidup".

Layaknya perpustakaan pada umumnya, "perpustakaan hidup" ini akan menjadi wadah untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan. Namun, bedanya, "perpustakaan hidup" ini akan berfokus pada sejarah dan budaya yang terukir dalam setiap makam di Peneleh.

Nanang Purwono, salah satu penggagas revitalisasi, menjelaskan bahwa "perpustakaan hidup" ini akan dilengkapi dengan berbagai sumber informasi, seperti gambar, data, dan biografi delapan tokoh penting yang dimakamkan di sana.

Para pengunjung akan diajak untuk menyelami kisah hidup mereka dan memahami konteks sejarah di baliknya.

Nanang menambahkan bahwa "perpustakaan hidup" ini juga akan dilengkapi dengan pusat informasi yang berisi peta makam seluas 4 hektar, jumlah jenazah yang dikuburkan, dan identitas mereka.

Hal itu diharapkan dapat memberikan gambaran umum bagi pengunjung sebelum mereka menjelajahi kompleks pemakaman.

Revitalisasi Makam Peneleh menjadi bukti nyata bahwa upaya pelestarian sejarah dan budaya tidak hanya tentang menjaga situs fisik, tetapi juga tentang menggali informasi dan menyebarkan pengetahuannya kepada masyarakat luas.

Dengan "perpustakaan hidup" ini, diharapkan Makam Peneleh dapat kembali menjadi tempat untuk belajar dan mengenang, sekaligus menjadi pengingat bagi generasi penerus untuk menghargai sejarah bangsa.

Keterlibatan Max dan Petra dalam proyek ini dilandasi oleh keinginan untuk mengangkat nilai sejarah yang relevan dengan masa kini.

Mereka berharap bahwa revitalisasi ini tidak hanya berdampak pada masyarakat sekitar, tetapi juga pada seluruh Surabaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: