Geliat Surabaya Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-17 (5) : Kampung Peneleh, Pusat Perbelanjaan Semangat

Geliat Surabaya Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-17 (5) : Kampung Peneleh, Pusat Perbelanjaan Semangat

MAHASISWA BERDISKUSI tentang sejarah hidup Ir Sukarno di Rumah Lahir Bung Karno, Peneleh, 7 Oktober 2023.-Sahirol Layeli-Harian Disway-

Wisata sejarah memang sebuah peziarahan. Menapaki tilas hingga menengok yang pedih dan dahsyat di masa silam. Begitulah atmosfer yang terasa saat berkunjung ke Kampung Peneleh.

 

KAMPUNG Peneleh mudah diakses dari mana pun. Termasuk dari Jalan Tunjungan. Bisa naik Suroboyo Bus rute Purabaya-Rajawali yang mengarah ke selatan. Turun di Halte Alun-Alun Contong, Jalan Pahlawan.

 

Dari situ tinggal menyeberang ke timur melintas di Jembatan Achmad Jais. Persis di hadapan ujung jembatan itulah Jalan Peneleh Gang VII. Kediaman sang guru bangsa HOS Tjokroaminoto.

 

Tentu saja, jam bukanya mulai 08.00 pagi hingga 15.00 sore. Jadi, saya pun dari Tunjungan memutuskan tidak langsung ke Peneleh. Menunggu keesokan harinya.

 

Jalan itu cukup lebar. Muat dilewati mobil. Hanya beberapa langkah dari mulut gang, sudah terlihat rumah berdesain lawas yang paling mencolok itu.

 

Ada di sisi kanan. Pagarnya masih kayu bercat hijau. Mungil sekali. Khas rumah-rumah zaman dulu.

 

Siang itu, suasana masih amat sepi. Pintu kayu rumah sudah terbuka. Belum ada satu pun pengunjung. Suwung.

 


BAJU KHAS di Rumah HOS Tjokroaminoto ini menyatukan budaya barat lewat jas dan dasi kupu-kupu dengan budaya Jawa lewat jarik dan blangkon.-Sahirol Layeli-Harian Disway-

 

Seorang lelaki paro baya keluar dari ruang tengah. Gayanya santai. Pembawaannya sangat tenang. Saya dipersilakan berkeliling seisi rumah setelah menyerahkan tiket digital via ponsel pintar.

 

"Masih sepi, Mas. Nanti sore biasanya mulai banyak," ujar lelaki bertopi pemilik nama Eko Hadiratno tersebut. Ia lantas kembali duduk di kursi ruang belakang. Sibuk dengan gadget-nya.

 

Ini kali kedua saya berkunjung ke rumah milik Raja Jawa Tanpa Mahkota itu. Semua tata letak barang dalam ruangan masih sama. Nyaris tak ada yang berubah.

 

Tetapi, atmosfer rumah itu pun masih tetap kuat. Apalagi kalau memandangi foto-foto bersejarah yang dipajang di tiap dinding ruangan. Rasanya begitu mencekam.

 

Selalu terbayang spirit HOS Tjokroaminoto memperjuangkan kemerdekaan. Terutama soal kesuksesannya memimpin organisasi pergerakan Syarikat Islam. Tercatat 2 juta orang yang bergabung menjadi anggota.

 

BACA JUGA : Geliat Surabaya Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-17 (1): Momentum Kebangkitan Wisata Heritage

BACA JUGA : Geliat Surabaya Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-17 (4) : Sejarah Lokal Pikat Turis ke Jalan Tunjungan

 

Rumah Pemimpin Besar Rakyat Jawa itu juga pernah menjadi tempat indekos tokoh-tokoh nasional. Yakni Kartosoewirjo, Alimin, Musso, Semaun, hingga Soekarno. Kelima tokoh ini tidur di loteng yang dijadikan kamar kos.

 

Perlu menaiki tangga besi yang curam di ruang belakang untuk ke kamar kos itu. Ruangannya cukup luas beralas dipan kayu. Ada lima lemari kecil yang ditata. Di sampingnya terdapat tikar tipis untuk alas tidur.

 

"Dulu, Soekarno dan kawan-kawan nyantrik di sini. Belajarnya juga di kamar sederhana ini," ujar Edi yang berkenan mengantar saya. Para tokoh nasional itu dididik langsung oleh Tjokroaminoto. Mereka juga kerap membaca buku-buku milik gurunya itu.

 

Bayangkan, sambung Eko, dalam keadaan yang serba terbatas itu justru tercetak manusia-manusia unggul. Yang kelak punya peran sentral dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.

 


SUMUR JOBONG di kawasan Peneleh yang sezaman dengan Majapahit kini menjadi objek wisata.-Sahirol Layeli-Harian Disway-

 

Saya terhenyak. Tentu lantaran becermin terhadap diri sendiri. Juga keadaan yang lebih maju kini. Hal yang sama pun dirasakan Muhammad Syariel Nizam, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidenreng (UMS) Rappang, Sulawesi Selatan.

 

Ia mengikuti program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) di Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya. Bersama puluhan mahasiswa dari luar Pulau Jawa. Kebetulan, juga berkunjung ke Kampung Peneleh pada Sabtu, 7 Oktober 2023.

 

“Jujur baru tahu ternyata rumah itu tempat kumpulnya para pahlawan. Wow banget menurutku,” katanya. Rombongan itu dipandu langsung oleh Kuncarsono Prasetyo, mantan jurnalis yang kini bergiat di komunitas Begandring Soerabia. Dari celoteh Kuncar itulah Syariel dan kawan-kawannya menjadi tahu sejarah lebih jauh.

 

Termasuk, imbuhnya, sosok pahlawan nasional, Tan Malaka, yang pernah tinggal di rumah sederhana itu. Syariel pun merasa haru melihat seisi ruangan. Seluruhnya nyaris otentik seperti dulu.

 

BACA JUGA : Geliat Surabaya Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-17 (3) : Susur Kalimas dengan Sejoli Jerman

BACA JUGA : Geliat Surabaya Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-17 (2) : Nikmati Atmosfer Seni di Alun-Alun Surabaya

 

Ia juga tercengang saat berkunjung ke Rumah Kelahiran Bung Karno. Masih satu kawasan Kampung Peneleh. Tepatnya di Jalan Pandean IV, tak begitu jauh dari Rumah HOS Tjokroaminoto.

 

“Kaget juga, ternyata Presiden Soekarno lahir di Peneleh. Bukan di Blitar seperti sejarah yang diajarkan selama di sekolah,” ungkapnya. Bahwa ternyata sejarah selalu punya berbagai versi. Semua bergantung pada pemaknaan masing-masing.

 

Begitu pula dengan Syariel. Kunjungan Kampung Peneleh selama lebih dari tiga jam itu membuatnya memaknai ulang pemahaman tentang sejarah. Seluruh peristiwa masa silam tak boleh dianggap menjadi angin lalu belaka.

 


SUASANA VINTAGE di kafe Lodji Besar yang tekun merawat sejarah masa silam.-Sahirol Layeli-Harian Disway-

 

Selalu ada hikmah dan pelajaran yang bisa diambil. Makin jauh penelusuran, makin dalam pula pemaknaannya. Melihat sejarah perjuangan para pahlawan itu membuatnya mengerti alasan pentingnya memperjuangkan nilai-nila kebangsaan.

 

Tentu saja, perjuangan para pahlawan berbeda dengan generasi sekarang. Membela negara, misalnya, tak harus ikut perang. Tetapi, dengan belajar terus menerus memperbaiki diri. “Rasanya seperti mengisi ulang energi. Menjadi lebih semangat lagi,” ujar mahasiswa semester 5 jurusan Bisnis Digital itu. (Mohamad Nur Khotib)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: