Neuralink, Awas Ambisi Elon Musk

Neuralink, Awas Ambisi Elon Musk

ILUSTRASI Neuralink adalah salah satu ambisi Elon Musk.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

BACA JUGA: Elon Musk gugat OpenAI ke Pengadilan, Ada Apa?

Saking optimistisnya dengan masa depan Neuralink, Elon Musk mengatakan, ”In the future, there will be no phones, just Neuralink.” Jadi, menurutnya, di masa depan tidak ada lagi telepon, termasuk WA call dan lain-lain. Yang ada adalah Neuralink.

Meski the future is better than you think, kemajuan itu bisa menimbulkan masalah etika, privasi, dan keamanan yang perlu diwaspadai seiring berkembangnya teknologi.

HOMO DEUS

Di era surveillance capitalism sekarang ini (Shosana Zuboff 2019), korporasi platform global menguasai hampir keseluruhan data aktivitas digital para penggunanya. Bayangkan jika Neuralink sudah sukses digunakan masif nanti. Berarti, pikiran orang juga di-surveillance oleh teknologi itu. 

Kapitalis seperti Elon bisa memprediksi, bahkan ”mengendalikan”, dengan algoritma atau AI yang mampu mengarahkan para follower dan pengguna teknologi dan platformnya. Sebagian besar manusia makin lama makin tergantung kemudahan yang diberikan mesin teknologi dan AI sehingga melupakan skill-skill hakikinya sebagai manusia.

BACA JUGA: Perusahaan Elon Musk Berhasil Tanam Chip di Otak Manusia

BACA JUGA: Pertama Kali! Perusahaan Elon Musk Berhasil Tanam Chip di Otak Manusia

Itulah yang oleh profesor Yuval Noach Harary dari Hebrew University, diprediksi, sebagian besar manusia di dunia akan terus menjadi Homo Sapiens yang sibuk survival of the fittest, mempertahankan hidup dengan teknologi. 

Sedangkan para penguasa teknologi dunia telah berevolusi menjadi Homo Deus. Mereka tidak lagi sekadar mempertahankan bagaimana agar hidup, tapi bergeser ingin menguasai kehidupan atau menguasai dunia lewat teknologi platform, artificial intelligence, termasuk Neuralink. 

Orang seperti Elon Musk, Mark Zuckerberg, Larry Page, dan penguasa teknologi dunia lainnya dalam konteks ini telah berevolusi menjadi Homo Deus yang menjadi penguasa kehidupan dunia. 

Jangankan rakyat kecil, penguasa negara-negara besar pun tunduk pada mereka dan memuja-mujanya. Termasuk penguasa negara Indonesia. (*)

 


Henri Subiakto, dosen FISIP Universitas Airlangga--

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: