Evolusi Teknologi Polisi Memburu Pelaku Tindak Kejahatan: Dulu Andalkan Pager, Kini Dimudahkan Tracker Alamat IP
Ilustrasi penangkapan curanmor yang terjadi di kawasan hukum Polsek Sukolilo, Surabaya.-Julian Romadhon-
Bunyi tersebut adalah tanda ada pesan yang masuk dari atasan. Di layar langsung muncul tulisan digital. Menginformasikan jenis kasus yang sedang terjadi hingga titik nol tempat kejadian perkara (TKP).
Tidak semua anggota polisi memegang alat tersebut. Terutama karena memang kala itu harganya lumayan mahal. Kebetulan, saat awal bertugas di lapangan, Puguh termasuk yang dimandati memegang pager.
“Sering pas lagi nongkrong kayak gini tiba-tiba bunyi. Wah, ya langsung berangkat ke TKP. Semangatnya luar biasa saat itu,” tandas bapak tiga anak tersebut sambil memeragakan tangannya memegang pinggang.
Pager menjadi alat komunikasi yang diandalkan polisi di era 1980-an.--Unsplash
BACA JUGA:Tiga Buron Pembunuh di Film Vina
Sebab, prinsipnya, dengan cepat bergegas maka makin “fresh dan pure” TKP. Informasi yang didapatkan dari kanan-kiri TKP juga makin mendekati akurat. Sehingga memudahkan untuk tahu konstruksi kejadian secara presisi.
Apalagi saat itu tidak ada teknologi CCTV maupun ponsel. Cara itu pun berlaku untuk semua kasus kriminal. Baik pencurian, perampokan, hingga pembunuhan. Puguh harus menggali informasi sedalam-dalam dan sedetail-detailnya dari orang-orang sekitar.
Misalnya, kasus pembunuhan misterius. Bagaimana caranya harus bisa mendapatkan identitas Mr X yang terduga pelaku. “Ya kita tetap harus uplek-uplek di TKP. Karena yakin ada sesuatu yang tertinggal semacam roh korban, pasti ada petunjuk,” kenangnya.
BACA JUGA:Ahli Nuklir UGM Yudi Utomo Ingin Ajukan Praperadilan, MA Larang Buron Ajukan Praperadilan
Tentu butuh waktu yang tidak sebentar. Tidak bisa didapat hanya sehari-dua hari. Bila hari ketiga tetap belum menemukan petunjuk, tak jarang Puguh kembali ke TKP. Menelusuri semua hal yang bisa mengungkap jejak pelaku.
Fakta-faakta Chaowalit, Buronan Nomor 1 Thailand yang Sembunyi Jadi Warga Aceh---Dok. Istimewa
Menurutnya, setiap pelaku kejahatan itu selalu akan menghindar. Punya kepekaan untuk selalu menjauh dari kejaran polisi. Semakin lama tak terungkap, maka makin punya inisiatif untuk menghilangkan jejak.
“Dulu kita modalnya semangat. Biasanya kalau tiga hari tidak ketemu, sudah panik, capek jenuh, pola pikir sudah nggak fresh. Kami cooling down lagi untuk mendatangi TKP lagi,” ujar Puguh.
BACA JUGA:UGM Kehilangan Jejak Yudi Utomo, Dosen dan Ahli Nuklir yang Jadi Buron Polda Jatim
Semua perjuangan memburu pelaku kejahatan itu masih tertancap kuat dalam ingatannya. Terutama sebelum teknologi secanggih sekarang. Puguh bahkan mengalami era transisi itu. Dari hanya menggunakan pager, handy talky, ponsel kuno, hingga ponsel pintar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: