Merintis Ekosistem Trans Jatim sebagai Moda Utama Transportasi

Merintis Ekosistem Trans Jatim sebagai Moda Utama Transportasi

ILUSTRASI merintis ekosistem Trans Jatim sebagai moda utama transportasi.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Setelah sekian tahun beroperasi, terdapat beberapa temuan menarik dari pakar transportasi dan dialog dengan para pengguna jasa yang bisa menjadi masukan demi perbaikan layanan BRT.

Di antaranya, tidak adanya hierarki rute, headway yang lama, infrastruktur halte, dan terminal yang kurang memadai jika terjadi antrean penumpang, terutama di musim liburan yang cenderung membeludak, dan tidak adanya integrasi antarmoda.

Rute saat ini, secara teoretis, tidak menganut kaidah trunk dan feeder

Beberapa rute meneruskan legacy route angkutan perkotaan sebelumnya meski ada juga yang sepanjang perjalanan memanfaatkan jalur jalan tol. Headway yang lama disebabkan jumlah armada dan lajur Trans Jatim yang bercampur dengan kendaraan pribadi. 

Keberpihakan Pemprov Jawa Timur pada aspek penyediaan transportasi publik harus dipertahankan melalui perbaikan layanan dengan pengelolaan yang bertanggung jawab serta pelayanan yang manusiawi dan berkelanjutan. 

Penyelesaian masalah integrasi moda, rute, dan ekosistem setidaknya mampu diselesaikan dengan beberapa pendekatan. 

Pertama, penyediaan feeder oleh pemerintah kabupaten/kota, keterlibatan pemkab/pemkot dalam penyediaan angkutan umum harus ditingkatkan. 

Kedua, kajian dan implementasi menyeluruh atas rute dengan mempertimbangkan potensi demand-supply dan cakupan pelayanan. 

Ketiga, perbaikan halte dan menjadikannya sebagai ruang interaksi yang layak dan nyaman, sekaligus mengeksplorasi potensi halte yang bisa menghasilkan pendapatan lain dalam ekosistem Trans Jatim. ‎Armada nyaman dan manusiawi, pramudi, pramugara/i, penjaga halte menjadi faktor kunci pertumbuhan jumlah penumpang dan cakupan pelayanan Trans Jatim ke depan. Sekaligus sebagai upaya jangka panjang dalam mereduksi penggunaan kendaraan pribadi dan membangkitkan passion masyarakat untuk memanfaatkan alat transportasi massal sehingga mengurangi kemacetan. (*)


Sukarijanto, direktur di Institute of Global Research for Entrepreneurship & Leadership dan kandidat doktor di program S-3 PSDM Universitas Airlangga-Dok Pribadi-

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: