Kios TPID Pemkot Tekan Inflasi Kota Surabaya di Bawah 3 Persen Pada Semester Pertama Tahun 2024

Kios TPID Pemkot Tekan Inflasi Kota Surabaya di Bawah 3 Persen Pada Semester Pertama Tahun 2024

Operasi pasar yang digelar oleh Pemerintah Kota Surabaya.-Humas Pemkot Surabaya-

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota SURABAYA berhasil mengendalikan tingkat inflasinya selama semester awal tahun 2024.

Terbukti, berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) per Juni 2024, inflasi Kota Surabaya berada di tingkat -0,37 persen.

Pada Mei 2024, tingkat inflasi Kota Surabaya berada di tingkat -0,21. Artinya, angka tersebut secara month to month (m-to-m) menunjukkan penurunan dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,41.

Sedangkan secara tahunan atau year on year (y-on-y) per Juni 2024, inflasi Kota Surabaya sebesar 2,35 persen.

Angka ini Menurun jika dibandingkan dengan Juni 2023, yang berada di tingkat 4,91 persen dengan IHK 116,43.

BACA JUGA:Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Stabil di Tengah Gelombang Inflasi Triwulan Pertama 2024

Kepala Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam Kota Surabaya, Vykka Anggradevi Kusuma memaparkan, ada dua komoditas penyumbang utama inflasi di Kota Surabaya. Secara y-on-y adalah beras, sedangkan secara m-to-m adalah cabe rawit.

"Jadi memang ada beberapa komoditas yang mempengaruhi deflasi dan inflasi. Kalau deflasi banyak dipengaruhi oleh daging dan telur ayam. Untuk inflasinya, itu cabe rawit yang masih naik," ujar Vykka dalam keterangannya, Sabtu, 6 Juli 2024.

Menurut dia, penurunan inflasi di Surabaya itu tidak lepas dari penerapan Kios TPID, di 64 pasar yang dikelola oleh Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah dan Perdagangan Kota Surabaya (Dinkopdag) atau PD Pasar Surya.

"Tentu berpengaruh besar, di Kios TPID ini menyediakan beras, minyak, dan kebutuhan pokok lainnya. Ketika harganya naik seperti waktu lalu, kita kendalikan lewat Kios TPID dengan harga jual tidak lebih dari Harga Eceran Tertinggi (HET)," imbuhnyi.

Di sisi lain, Pemkot Surabaya juga gencar menggelar operasi pasar di tingkat kecamatan. Langkah ini diambil untuk memonitor dan mengendalikan harga bahan pokok yang cenderung fluktuatif. 

"Dalam hal ini kita melakukan gerakan pangan murah di setiap bulan di beberapa lokasi, seperti di Rusunawa dan Balai RW. Komoditas yang disediakan antara lain beras, gula, minyak goreng, telur, daging ayam dan produk olahan lainnya," jelasnya.

Selanjutnya, Pemkot Surabaya berkewajiban untuk memastikan ketersedian pasokan. Baik melalui aplikasi maupun melakukan pemantauan dan tindak lanjut hasil survei di pasar-pasar.

"Kami juga memastikan kelancaran distribusi. Dalam hal ini Pemkot Surabaya melakukan subsidi transportasi untuk komoditas yang harganya sedang tinggi. Sehingga biaya bisa ditekan lewat transportasi," ungkap Vykka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: