BMKG Ajak Swasta Sadar Resiko Gempabumi dan Tsunami, Beri Contoh Bandara YIA Yang Tahan Gempa Megathrust 8,7

BMKG Ajak Swasta Sadar Resiko Gempabumi dan Tsunami, Beri Contoh Bandara YIA Yang Tahan Gempa Megathrust 8,7

Bandara YIA di Kulonprogo, Yogyakarta disebut tahan Gempa hingga Magnitudo 8,7 dan bisa jadi tempat evakuasi saat tsunami-yogyakarta-airport.co.id-

YOGYAKARTA, HARIAN DISWAY - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengajak pihak swasta untuk turut berkolaborasi dalam penguatan sistem mitigasi dan pengurangan risiko bencana gempabumi dan tsunami

Menurutnya, upaya mitigasi dan pengurangan risiko bencana merupakan investasi jangka panjang yang juga harus dipersiapkan dunia usaha demi menjaga keberlanjutan usaha mereka. Karenanya, dunia usaha dapat menjadi aktor utama penggerak upaya pengurangan risiko bencana. 

"Bencana alam otomatis juga akan berdampak pada sektor swasta. Maka dari itu kami mendorong keterlibatan aktif swasta dalam manajemen risiko bencana lewat penguatan aksi mitigasi untuk membangun ketahanan serta ketangguhan sosial dan ekonomi," ungkap Dwikorita di sela-sela Rakor Peningkatan Upaya Mitigasi dan Peringatan Dini Bahaya Gempabumi dan Tsunami di Kawasan Bandara Yogyakarta International Airport (YIA), Jumat, 5 Juli 2024. 

BACA JUGA:Musim Kemarau Tapi Masih Turun Hujan? Ini Penjelasan BMKG

Dwikorita menyebut, sebagai negara dengan kerentanan bencana alam, kolaborasi aksi mitigasi dan pengurangan risiko bencana mutlak dilakukan. Pemerintah dan masyarakat, kata dia, tentunya akan kesulitan jika harus bekerja sendiri, mengingat dibutuhkan sumber daya yang besar untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang kompleks. 

Mantan Rektor Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta tersebut mencontohkan Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia (AM IMF-WBG) di Bali tahun 2018 lalu. Menurutnya, agenda tersebut hampir saja dibatalkan karena adanya erupsi Gunung Agung.

Namun akhirnya tetap terlaksana dan berhasil terselenggara dengan baik setelah Pemerintah Indonesia mampu meyakinkan negara peserta bahwa Indonesia memiliki kesiapan sistem peringatan dini bencana dan aksi mitigasi bencana yang baik dan handal. 

Kemudian di mana peran swasta? Dwikorita memaparkan bahwa hotel-hotel tempat menginap kepala negara, delegasi, dan tamu telah tersertifikasi kesiap-siagaan bencana oleh BPBD dan BMKG. Indikatornya, kelengkapan infrastruktur, pemahaman bencana, sistem peringatan dini, kemampuan merespons bencana, mitigasi bencana, dan keamanan.

BACA JUGA:Rawan Karhutla, BMKG Lakukan Pemantauan Kondisi Muka Air Lahat Gambut di Kalbar

Singkatnya, mereka sudah sangat siap jika sewaktu-waktu terjadi bencana alam. "Hal ini perlu juga dicontoh oleh penyelenggara dan pelaku wisata, khususnya di daerah rawan bencana alam," imbuhnya. 

Dalam kesempatan tersebut, Dwikorita menyampaikan bahwa YIA adalah satu-satunya bandara di dunia yang telah disiapkan dan di-design untuk mampu bertahan terhadap guncangan gempa megathrust dengan Magnitudo M=8,7 dan aman terhadap tsunami yang dipicu oleh gempa megathrust.

Bandara di Pantai Selatan Jawa tersebut, lanjut dia, dilengkapi dengan crisis center yang dapat menjadi Tempat Evakuasi Sementara apabila tsunami terjadi, dengan kapasitas untuk menampung 2.000 orang. Terminal bandara, mulai dari level mezanine hingga lantai 2 telah disiapkan untuk tempat evakuasi dengan kapasitas 10.000 orang.


kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam sebuah forum di Bandara YIA Kulonprogo, Yogyakarta-BMKG-

"Jadi, bila pengguna bandara dan masyarakat setempat merasakan guncangan gempabumi atau memperoleh peringatan dini tsunami dapat segera menuju crisis center atau naik ke terminal di lantai mezanine atau lantai 2. Inilah kontribusi penting bandara kepada masyarakat sekitar dan pengguna Bandara dalam menghadapi ancaman gempa megathrust dan tsunami," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: