Mewaspadai Kantong Rakyat yang Makin Tipis

Mewaspadai Kantong Rakyat yang Makin Tipis

ILUSTRASI mewaspadai kantong rakyat yang makin tipis. Kondisi ekonomi masyarakat Indonesia kini menurun drastis imbas ketidakpasatian ekonomi dunia.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Pada pengeluaran kelompok pertama, yang berpendapatan Rp 1–2 juta, misalnya sebesar 76,1 persen pada Juni, turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 76,9 persen. Sementara rasio tabungan pada kelas pendapatan itu mulai terlihat turun tipis pada Juni 2023 dibandingkan dengan Mei 2023, yakni 15,4 persen dibandingkan 15,5 persen. 

Pada kelompok kedua, yang berpenghasilan Rp 2,1–3 juta yang tercatat memiliki rasio pengeluaran 76,4 persen pada Juni 2023 dan cenderung stagnan dibandingkan dengan Mei 2023 yang sebesar 76,5 persen. Di sisi lain, rasio tabungan pada kelompok pendapatan itu terlihat menurun dari 15,6 persen pada Mei 2023 menjadi 14,6 persen pada Juni 2023. 

pada kelompok ketiga, dengan pendapatan Rp 3,1–4 juta, pengeluarannya mencapai 74,6 persen pada Juni 2023, naik dibandingkan dengan pengeluaran bulan sebelumnya yang sebesar 73,6 persen. Sementara rasio tabungan pada kelompok itu terlihat menurun menjadi 16,1 persen pada Juni 2023 dari sebelumnya 16,4 persen pada Mei 2023. 

Pda pengeluaran kelompok keempat, dengan pendapatan Rp 4,1–5 juta dan kelompok kelima, yang berpenghasilan di atas Rp 5 juta, terpantau meningkat pada Juni 2023. 

Untuk mempertahankan tingkat konsumsi rumah tangga, seyogianya pemerintah tetap menjaga daya beli konsumen dengan merilis paket kebijakan stimulus. 

Misalnya, melanjutkan program bantuan sosial (bansos) dan BLT (bantuan langsung tunai). Penyaluran bansos regular plus BLT mampu menjaga keyakinan (confidence level). Dua jenis paket stimulus tersebut secara signifikan mendongkrak tingkat konsumsi masyarakat. 

Di sektor perdagangan ekspor, selain memanfaatkan momentum pelemahan rupiah sebagai booster volume transaksi, kebijakan stimulus berupa insentif pajak ekspor perlu diperluas ke komoditas lain nonmigas yang menjadi primadona. 

Demikian pula, di sektor perdagangan impor pentingnya diskonto bea masuk untuk barang industri manufaktur dan substitusi impor akan sangat membantu mengurangi tekanan bagi pelaku industri dalam negeri menghadapi gejolak ketidakpastian. 

Pada gilirannya, hal itu diharapkan bisa memicu sentimen positif bagi pasar dalam negeri, yang meskipun dengan kantong ”pas-pasan”, tetap optimistis dalam menyongsong prospek ekonomi tahun-tahun mendatang. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: