Mewaspadai Kantong Rakyat yang Makin Tipis

Mewaspadai Kantong Rakyat yang Makin Tipis

ILUSTRASI mewaspadai kantong rakyat yang makin tipis. Kondisi ekonomi masyarakat Indonesia kini menurun drastis imbas ketidakpasatian ekonomi dunia.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Situasi perekonomian global yang ketidakpastiannya masih tinggi menjadi faktor penentu utama keyakinan konsumen. Mereka menjadikan isu sebagai pertimbangan pengeluaran sampai mengelola simpanan keuangan. 

Meski demikian, survei konsumen Bank Indonesia pada April 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. 

Hal itu tecermin dari indeks keyakinan konsumen (IKK) April 2024 sebesar 127,7, lebih tinggi daripada 123,8 pada bulan sebelumnya. Meningkatnya keyakinan konsumen pada April 2024 didorong oleh menguatnya indeks kondisi ekonomi saat ini (IKE) dan indeks ekspektasi konsumen (IEK). 

BACA JUGA: Warung Madura, Simbol Kemandirian Ekonomi Kerakyatan (3): Gaji Bergantung Omzet, Warung Pun Jadi Mess

BACA JUGA: Warung Madura, Simbol Kemandirian Ekonomi Kerakyatan (4): Rela Melekan untuk Saingi Ritel Modern

IKE tercatat meningkat pada seluruh komponen pembentuknya, terutama pada indeks penghasilan saat ini. IEK juga menguat pada seluruh komponen pembentuknya, terutama pada indeks ekspektasi kegiatan usaha. 

Jika melihat postur pembentuk pertumbuhan tahunan produk domestik bruto (PDB), terlihat pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengeluaran konsumsi rumah tangga (PK-RT), yakni 4,82 persen. 

Kontribusinya mencapai 53,18 persen terhadap pertumbuhan PDB nasional. PDB Indonesia tumbuh 5,05 persen secara kumulatif (cumulative-to-cumulative/ctc) sepanjang 2023 (Biro Pusat Statistik, 2023). Pengeluaran konsumsi rumah tangga terus tumbuh seiring dengan terkendalinya inflasi dan daya beli masyarakat yang tetap terjaga.

BACA JUGA: Warung Madura, Simbol Kemandirian Ekonomi Kerakyatan (5-habis): Ambil Untung Tipis, Tapi Selalu Standby

Pertumbuhan tertinggi kedua ditempati pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 4,40 persen (ctc) dengan kontribusi 29,33 persen. Gabungan kedua komponen, PKRT dan PMTB, memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 82,51 persen. 

Berikutnya, pengeluaran konsumsi ekspor tumbuh 1,32 persen (ctc), dengan kontribusi sebesar 21,75 persen terhadap PDB Indonesia. Diikuti oleh pertumbuhan konsumsi pemerintah 2,95 persen (ctc), yang berkontribusi 7,45 persen. 

Kemudian, pengeluaran dari komponen konsumsi lembaga nonprofit rumah tangga (LNRPT) tumbuh 9,83 persen (ctc), kontribusinya hanya 1,25 persen secara nasional. Hal itu terjadi karena adanya peningkatan aktivitas persiapan pemilu tahun lalu, baik yang dilakukan peserta maupun penyelenggara seperti sosialisasi, rakernas, rakerda, rapimnas, dan konsolidasi nasional partai peserta kontestasi pemilu. 

Sementara itu, dari sektor impor justru mengalami kontraksi 1,65 persen (ctc). Kontribusinya juga minus 19,57 persen sepanjang tahun 2023.

Data lain dari survei konsumsi BI per Juni 2023, berdasar kelompok pengeluaran, rata-rata porsi konsumsi terhadap pendapatan terpantau meningkat pada sebagian kategori pengeluaran, tertinggi pada responden dengan tingkat pengeluaran di atas Rp 5 juta. 

Sementara itu, porsi tabungan terhadap pendapatan terindikasi menurun, terdalam pada responden dengan tingkat pengeluaran di atas Rp 5 juta per bulan. Diketahui, pada Juni 2023 rasio konsumsi per kelompok pengeluaran di lima kelompok pendapatan terlihat stagnan jika dibandingkan dengan nilai bulan sebelumnya atau Mei 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: