Warung Madura, Simbol Kemandirian Ekonomi Kerakyatan (5-habis): Ambil Untung Tipis, Tapi Selalu Standby

Warung Madura, Simbol Kemandirian Ekonomi Kerakyatan (5-habis): Ambil Untung Tipis, Tapi Selalu Standby

Layout warung Madura selalu sama. Bagian depan diisi etalase rokok dan beras. Seperti Toko Amelia milik Taufiqurrohman di Desa Keboansikep, Gedangan, Sidoarjo, ini.-Boy Slamet/Harian Disway -

Ada kiat sukses yang diam-diam diterapkan oleh para pelaku bisnis warung Madura. Selain buka operasional 24 jam, tentu ada beberapa hal lain lagi. Di antaranya berani ambil untung sedikit tetapi tak merusak harga pasaran. Dan yang paling penting: siap sedia menunggu pembeli datang.

------------

BARANG-barang yang dijual di ritel modern memang amat lengkap. Hampir kebutuhan pokok sehari-hari kita tersedia di sana. Terpajang di barisan rak-rak hingga lemari es.

Sebetulnya, kelengkapan itu juga tersedia di warung Madura. Terutama hampir semua kebutuhan pokok. Tengoklah etalase di bagian depan warung. Selalu ada kotak kaca berisi beras.

Di depan etalase pun bertumpuk kardus air mineral. Biasanya berjejer dengan tabung gas LPG 3 kilogram. Sementara sabun dan shampo bergelayutan menggantung di atasnya. 

Juga yang paling dicari: rokok dengan beragam merek. Plus kebutuhan darurat lainnya seperti bensin eceran. Belum lagi aneka mi instan, minuman kemasan hingga botolan yang tertata rapi di rak kayu belakang etalase.

BACA JUGA:Warung Madura, Simbol Kemandirian Ekonomi Kerakyatan (4): Rela Melekan untuk Saingi Ritel Modern

Saya berdiam agak lama di warung Madura Jalan Menur Pumpungan. Berdiri di pojok kanan etalase. Melihat langsung bagaimana aktivitas jual beli di warung mungil yang berukuran 2,5 x 2,5 meter itu.

Semua pembeli selalu mendapatkan apa yang mereka cari. Mereka datang silih berganti. Kadang beberapa motor terpaksa diparkir di muka gang sebelah warung. Sebab, warung tersebut tak punya lahan lebih untuk menampung motor pelanggan. 

“Rokok selalu beli di sini. Lebih murah dari Indomaret dan Alfamart,” ujar Ilham Akbar yang kami jumpai sebagai pembeli terakhir siang itu. Pemuda 23 tahun tersebut memang tinggal tak jauh dari situ. Rumahnya masuk gang persis di sebelah warung.

Ya, warung Madura terkenal dengan rokok-rokok yang dijual lengkap. Bahkan juga rokok-rokok yang tak memasang iklan di TV. Semuanya ada. Kecuali bila sedang kosong karena kebetulan belum kulakan.

BACA JUGA:Warung Madura, Simbol Kemandirian Ekonomi Kerakyatan (3): Gaji Bergantung Omzet, Warung Pun Jadi Mess

BACA JUGA:Warung Madura, Simbol Kemandirian Ekonomi Kerakyatan (2): Jadi Jembatan Kesejahteraan Keluarga

Agus Setiono, warga Griya Permata Gedangan, merasakan hal yang sama. Ia sendiri termasuk pelanggan setia di warung Madura. Selalu membeli rokok setiap pulang kerja tengah malam. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: