Cheng Yu Pilihan Rektor Universitas Ma Chung, Malang Stefanus Yufra Menahen Taneo: Tian Dao Chou Qin
Cheng Yu Pilihan Rektor Universitas Ma Chung, Malang Stefanus Yufra Menahen Taneo: Tian Dao Chou Qin-HARIAN DISWAY-Dokumen Pribadi
Ada ungkapan klasik Mandarin yang bunyinya, "寒门生贵子, 白屋出公卿" (hán mén shēng guì zǐ, bái wū chū gōng qīng). Artinya kira-kira: keluarga yang serba kekurangan, melahirkan anak-anak yang luar biasa.
Pitutur itu cocok untuk menggambarkan Stefanus Yufra Menahen Taneo, yang sejak 2023 terpilih sebagai rektor Universitas Ma Chung, Malang.
Yufra lahir dari keluarga tak berpunya di So'e, NTT. Ayahnya wafat saat ia masih berumur 4 tahun. Ibunya --yang ibu rumah tangga-- mengasuh seorang diri anak-anaknya yang 10 orang.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Head of Sekolah Citra Berkat CitraLand Surabaya Rizka Novasari SPd: Zai Yi Bao Su
"Jangankan makan enak dan bergizi, makan untuk kenyang saja kami susah sekali. Ketika tidak punya makanan, saya makan kelapa untuk mengisi perut," kenang Yufra.
Maklum, orang tua Yufra tidak punya lahan untuk bertani. Belum lagi, tanah di desanya tandus. Ubi pun tidak bisa tumbuh besar.
Namun, kondisi serba sulit ini justru memompa semangat Yufra untuk mengubah nasib. "Pilihan saya cuma dua: berubah atau mati!" katanya.
Makanya, Yufra begitu giat bersekolah. Sebab, menurutnya, jalan yang paling memungkinkan baginya untuk mengubah nasib adalah pendidikan.
Tetapi, untuk bisa sekolah, jelas membutuhkan tenaga. Dan, untuk bisa bertenaga, dibutuhkan asupan makanan. Untuk itulah, sejak SMA Yufra buka usaha sendiri: jualan air minum pikulan. "Saya ambil air di ledeng, lalu saya pikul dan jual. Orang-orang di daerah saya sampai sekarang masih mengenal saya sebagai Yufra si tukang pikul air. Saya juga sering bercanda sama mereka bahwa penyebab pendeknya tubuh saya adalah karena keseringan mikul air dari kecil," ujarnya, sambil tertawa.
Dari situ, Yufra bisa beli sepatu untuk digunakan ke sekolah. Tapi, supaya tidak cepat rusak, sepatunya tidak ia pakai terus, melainkan ia titip di rumah temannya yang dekat dengan sekolahnya. Yufra bercerita, "Dari rumah, saya nyeker. Saya baru pakai sepatu kalau sudah sampai di rumah teman saya. Setelah pulang sekolah, saya taruh lagi sepatunya di sana, lalu pulang nyeker lagi."
Jerih payah Yufra tak sia-sia. Setamat SMA, ia mendapat beasiswa untuk kuliah S-1 jurusan Ekonomi Pertanian di Malang. Walakin, karena pelajaran yang didapat selama sekolah di kampungnya tidak memadai, ia sisakan uang saku untuk beli buku bekas SMP dan SMA untuk mengejar ketertinggalan. Ia rutin mempelajarinya tiap malam.
Tak puas dengan S-1, Yufra lanjut berburu beasiswa S-2. "Saya datangi kedutaan-kedutaan besar di Jakarta untuk menanyakan beasiswa ke negara mereka. Biaya ke Jakartanya saya dapat dari membuka les privat Matematika untuk anak-anak sekolah menengah," tutur Yufra.
Lagi-lagi, hasil tak mengkhianati usaha: Yufra diterima S-2 prodi International Agriculture di Belanda dan di Britania Raya. Kemudian, sekembalinya ke Malang, menyelesaikan program doktornya di bidang Ilmu Manajemen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: