Kisah-Kisah di Balik Perjokian Kampus (4-Habis) : Mahasiswa hingga Dosen Jadi Joki

Kisah-Kisah di Balik Perjokian Kampus (4-Habis) : Mahasiswa hingga Dosen Jadi Joki

Beban tugas kuliah yang berat bikin mahasiswa gampang mencari jalan pintas. Salah satunya dengan menggunakan jasa joki.-Boy Slamet/Harian Disway -

Siapa sangka, pelaku joki tugas adalah mereka yang berasal dari kalangan pendidik. Ya, para bapak/ibu dosen yang terhormat. Berikut adalah hasil wawancara Novia Herawati, jurnalis Harian Disway, dengan Didi–bukan nama sebenarnya– yang ditulis dengan gaya bertutur.

-----

KETIKA ditanya, apa alasan menjadi joki? Jawaban saya konsisten. Duit. Ya, saya butuh duit!

Bagi saya, joki itu pekerjaan paling gampang. Tidak ada spesifikasi. Cukup menjadi lebih rajin dari yang malas. 

Saya nggak pintar. Apalagi genius. Sebagai seorang mahasiswi, IPK saya pun nggak muluk. Memang bisa dibilang saya ini cukup rajin. Bukan pintar, tapi cukup bisa melihat peluang. 

Satu lagi: konsisten. Ya, konsisten menerima job. Entah seunik apapun itu permintaannya, tetap diterima. “Joki ke dia saja, pasti mau,” begitu kata orang-orang. 

BACA JUGA:Menilik Fenomena Bisnis Joki dalam Pendidikan Indonesia (1) : Joki ’’Dinormalisasi’’ sebagai ’’Solusi’’

BACA JUGA:Kisah-Kisah di Balik Perjokian Kampus (1) : Jadi Pilihan saat Menyerah

Bisa dikatakan, saya memang joki yang tidak pilih-pilih. Biar personil branding saya bagus. Hahaha... 

Tapi alasan utama saya, anda pasti tahu. Duit!


Maraknya bisnis joki tugas dengan memanfaatkan promosi di internet. Bahkan ada yang terang-terangan membuka agensi joki.-Boy Slamet/Harian Disway -

Sudah tiga tahun lamanya saya menjadi joki. Asam manis di bidang ini pun sudah saya cicipi. Mulai dari “klien” yang nggak rewel sampai yang kurang ajar sudah saya hadapi.

Saya ingat sekali dengan satu klien ini. Ia meminta saya mengerjakan kuesioner berisi puluhan pertanyaan analisis. Yang  bikin sebal, ia menyerahkan kuesioner itu tepat dua jam sebelum deadline.

Kalau kata Arek Suroboyo: mbencekno. Tetapi, begitulah yang terjadi di lapangan. Untungnya, si klien ini tidak rewel. Saya tembak harga mahal Rp 150 ribu, dia mau. Deal. 

Semakin lama menggeluti bisnis ini, kalangan mahasiswa yang menggunakan jasa joki saya cukup beraneka ragam. Dari mahasiswa biasa, pekerja, bahkan mahasiswa berprestasi.

BACA JUGA:Menilik Fenomena Bisnis Joki dalam Pendidikan Indonesia (2) : Dosen pun Dilanda Dilema…

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: