Joe Biden Mundur dari Pilpres AS, Bagaimana Pasar Indonesia?

Joe Biden Mundur dari Pilpres AS, Bagaimana Pasar Indonesia?

ILUSTRASI Joe Biden Mundur dari Pilpres AS, Bagaimana Pasar Indonesia?-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Meski jauh sebelum Joe Biden mengumumkan pengunduran dirinya, Biro Pusat Statistik (BPS) per Mei 2024 menunjukkan bahwa kinerja perdagangan Indonesia cukup mengagumkan dengan mengalami surplus selama 50 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. 

Surplus yang terbentuk pada Mei 2024 itu terutama berasal dari neraca perdagangan Indonesia dengan India yang mencetak keuntungan hingga USD 1,55 miliar. Surplus yang berasal dari sektor bahan bakar mineral (HS 27), logam mulia dan perhiasan (HS 71), serta biji logam terak dan abu (HS 26). Disokong dengan surplus perdagangan dengan Amerika Serikat tercatat mencapai USD 1,21 miliar dan diikuti Jepang dengan surplus mencapai USD 0,74 miliar. 

Terakhir, dengan Filipina telah mencatatkan surplus USD 694,8 juta. Diketahui pula, neraca perdagangan barang yang surplus tersebut berasal dari kinerja ekspor yang mencapai USD 22,33 miliar atau naik 13,82 persen (month-to-month/mtm) dan 2,86 persen (year-on-year/yoy). Sementara nilai impor mencapai USD 19,40 miliar, naik 14,82 persen (mtm), tetapi turun 8,83 persen (yoy). Surplus neraca dagang Juni 2024 ditopang oleh surplus dari sektor nonmigas yang nilainya USD 4,43 miliar. 

Komoditas penyumbang surplus utamanya adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan serta besi dan baja. Akan tetapi, surplus itu tergerus oleh defisit dari sektor migas sebesar USD 2,04 miliar. Komoditas penyumbang defisitnya adalah hasil minyak dan minyak mentah.

Raihan surplusnya neraca perdagangan terutama terhadap AS secara implisit merupakan konsekuensi logis kebijakan Negeri Paman Sam di era Biden sangat menguntungkan posisi Indonesia. Meski demikian, hal itu tidak serta merta berpengaruh pada volatilitas mata uang rupiah yang kian terdepresiasi. 

Sebab, faktor determinan pelemahan mata uang rupiah justru lebih banyak berasal dari dampak kebijakan bank sentral, The Fed, yang masih memberlakukan suku bunga acuan yang bersifat higher for longer yang difokuskan untuk mengendalikan tingkat inflasi dalam negeri AS sendiri. 

Alih-alih terjadi market panic pasar uang di luar AS, mundurnya Joe Biden malah memicu volatilitas pasar uang Negeri Paman Sam sendiri karena wait and see tentang siapa pengganti Joe Biden untuk bertarung di kontestasi pilpres AS mendatang. (*)


Sukarijanto, direktur di Institute of Global Research for Entrepreneurship & Leadership dan kandidat doktor di program S-3 PSDM Universitas Airlangga-Dok Pribadi-

 

 

 

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: