Joe Biden Mundur dari Pilpres AS, Bagaimana Pasar Indonesia?

Joe Biden Mundur dari Pilpres AS, Bagaimana Pasar Indonesia?

ILUSTRASI Joe Biden Mundur dari Pilpres AS, Bagaimana Pasar Indonesia?-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

BACA JUGA: Polemik Usia Tua Presiden AS Joe Biden (1) : Keseleo Lidah, Kamala jadi Trump, Zelensky jadi Putin

BACA JUGA: Polemik Usia Tua Presiden AS Joe Biden (2) : Popularitas Drop, Diminta Mundur oleh George Clooney

Selain itu, saham-saham emas dapat terkena dampak positif. Pelemahan dolar AS akan meningkatkan harga emas global sehingga menjadi katalis positif bagi saham emiten yang memproduksi emas.

Pelemahan dolar AS juga memberikan dampak positif ke ekonomi riil dan pertumbuhan ekonomi global. Dengan demikian, berpotensi positif juga untuk harga komoditas pada umumnya. 

Ketiga, Biden fokus pada green energy. Dampaknya adalah dorongan bagi industri kendaraan listrik kian besar. Dengan demikian, ambisi Indonesia memiliki industri baterai kendaraan listrik terbesar di dunia mendapat angin. Terlebih, Indonesia saat ini merupakan produsen nikel terbesar. 

BACA JUGA: Presiden AS Joe Biden Telepon Prabowo, Ucapkan Selamat Secara Langsung

BACA JUGA: Giliran Presiden AS Joe Biden Berikan Selamat Pada Prabowo Atas Keunggulan di Perhitungan Suara

Seperti diketahui, sekitar 29 persen dari total produksi nikel dunia berasal dari Indonesia. Nikel merupakan bahan baku utama baterai kendaraan listrik. Saham emiten yang memproduksi nikel berpotensi terdorong melaju kencang oleh kebijakan itu. 

Namun, saat ini saham emiten produsen nikel sudah memiliki risiko tinggi karena valuasinya kian mahal. Secara umum, IHSG berpotensi rawan profit taking setelah naik sekitar 36 persen dari bulan sebelumnya. 

Namun, kini, pengunduran diri Biden pada kontestasi pilpres AS mendatang apakah membawa konsekuensi negatif pada pasar Indonesia?

MEMICU VOLATILITAS 

Fenomena mundurnya Presiden AS Joe Biden dari kontestasi pilpres AS mendatang langsung direspons pasar di beberapa pasar mata uang dunia. 

Pertama, rupiah cenderung menguat terhadap dolar AS pada perdagangan pada 23 Juli 2024. Nilai tukar (kurs) rupiah langsung dibuka menguat 23 poin atau 0,14 persen dan bertengger di level Rp 16.197 jika dibandingkan dengan sebelumnya di level Rp 16.220 per dolar AS. 

Kedua, respons berbeda terjadi pada seteru dagang AS, yakni Tiongkok yang melalui bank sentral Tiongkok memutuskan untuk menurunkan suku bunga kebijakan pada sesi pertama pasar Asia. Bank sentral Tiongkok menurunkan suku bunga acuan dengan tenor satu tahun dan lima tahun sebesar 10 basis poin (bps) menjadi 3,35 persen dan 3,85 persen. 

Langkah bank sentral Negeri Panda tersebut bertujuan meredakan kekhawatiran investor akan terhambatnya pemulihan ekonomi Tiongkok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: