Program Makan Bergizi Gratis Dinilai Belum Mampu Atasi Stunting

Program Makan Bergizi Gratis Dinilai Belum Mampu Atasi Stunting

Potret siswa siswi SD Negeri Klampis Ngasem III, sedang menyantam menu makan bergizi gratis yang dibagikan Gibran, Kamis, 1 Agustus 2024.-Martinus Ikrar Raditya-Harian Disway -

HARIAN DISWAY - Program makan bergizi gratis sudah diuji coba di beberapa kota. Bahkan, sudah digelar dua kali di Kota Surabaya. Pertama oleh Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan alias Zulhas di SMAN 16 Surabaya, pada 25 Juli 2024.

Kemudian oleh wakil presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka di SDN Klampis Ngasem III, Surabaya, Kamis, 1 Agustus 2024. Menu yang disajikan pun mirip: nasi, ayam, sayur-mayur, dan susu UHT 200 mililiter. Nilai per porsi sebesar Rp 15 ribu.

Kemarin, Zulhas menggelar uji coba lagi di tiga sekolah sekaligus di Lampung. Yakni SMK Swadhipa 2 Natar, SMA Yadika Natar dan SMAN 1 Natar. Menunya juga tak jauh beda dari sebelumnya.

BACA JUGA:Uji Coba Makan Gratis sudah Jalan 2 Minggu di SDN Klampis Ngasem III, Tiap Hari 300 Porsi

BACA JUGA: Gibran: Program Makan Bergizi Gratis Punya Multiplier Effect untuk UMKM

Lantas, apakah menunya sudah sesuai dengan kebutuhan gizi anak-anak? Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Prof Sri Sumarmi membeberkan penjelasannyi.


Gibran Rakabuming Raka, Wakil Presiden terpilih pada Pilpres Indonesia 2024 , melakukan peninjauan uji coba program Makan Bergizi Gratis di Surabaya. Diawali dengan kunjungan ke Dapoer Manyar, Gibran menyaksikan tempat pembuatan makanan bergizi tersebu-Martinus Ikrar Raditya-

Kebutuhan kalori setiap orang berbeda. Bergantung usia dan jenis kelamin. Misalnya, untuk anak-anak SD usia 10-12 tahun. Anak lelaki butuh 2.000 kalori dan perempuan 1.900 kalori per hari.

Bila sehari makan tiga kali, maka menu dalam sekali makan harus mengandung minimal 630 sampai 660 kalori. Untuk anak-anak usia SMP-SMA sedikit lebih besar. Yakni 2.000 hingga 2.500 kalori per hari.

“Kalau untuk menu uji coba makan bergizi gratis, saya belum hitung rinci. Tapi, saya kira sudah memenuhi, ada susu UHT juga,” ungkap ahli gizi yang karib disapa Prof Mamik itu kepada Harian Disway pada Jumat, 2 Agustus 2024.

Tetapi, imbuhnyi, sebetulnya ada catatan serius untuk konsumsi susu UHT dalam Kongres Gizi Internasional di Jepang yang dia ikuti tahun lalu. Bahwa susu UHT termasuk kategori ultra process food alias makanan yang dihasilkan dengan teknologi tinggi.

BACA JUGA:Makan Gratis dan IKN

BACA JUGA:Prabowo Revisi Kebijakan Makan Gratis untuk Siswa: Pola Makan Setiap Daerah Bisa Jadi Berbeda

Tentu menggunakan bahan pengawet seperti gula atau garam. Yang kemudian berisiko tinggi menimbulkan penyakit akibat kalori tinggi. Seperti diabetes, penyakit jantung, hingga kanker.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: