Motor Dicolong, lalu Digeletakkan

Motor Dicolong, lalu Digeletakkan

ILUSTRASI motor dicolong, lalu digeletakkan. Dua maling nyolong motor Yamaha N-Max dan Kawasaki Z900 di Tambora, Jakarta Barat. -Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

BACA JUGA: Curi Listrik untuk Nambang Kripto di Depok, Jawa Barat

Kanitreskrim Polsek Tambora AKP Rachmad Wibowo kepada wartawan mengatakan, para maling sudah membobol kunci kontak. Namun, karena sistem pengamanan motor-motor itu bagus, maling tidak bisa menghidupkan mesin. 

Rachmad: ”Mungkin para pelaku kelelahan setelah mendorong motor-motor itu atau juga takut ditegur warga. Sehingga motor ditinggalkan begitu saja.”

Untuk motor gede yang digembok maling, mungkin malingnya masih punya rencana mencari teknisi yang mampu menghidupkan mesin. Sengaja digembok biar kelihatan seolah-olah itu miliknya. 

Namun, dua motor itu cuma bisa dihidupkan mesinnya (tanpa kunci kontak asli) oleh mekanik ahli. Dua motor itu dilengkapi sistem keamanan khusus, disebut immobilizer. Bisa dibobol kunci setangnya. Bisa juga dibobol instrumen sistem kunci. Hasilnya, indikator di spidometer menyala. Tapi, saat distarter, mesin tak bakal hidup. 

Immobilizer beda dengan kunci motor tambahan, alarm NFC. Kedua kontaknya sama-sama bisa dibobol (misalnya, dengan kunci T). Keduanya juga sama-sama, setelah kontak dibobol, mesin tak bisa dihidupkan. Baik melalui starter otomatis ataupun starter pancal. Bedanya, di alarm NFC, ketika kontak dibobol, tulalit langsung hidup… alarm. Sedangkan immobilizer tetap sunyi.

Dua sistem pengaman itu antimaling. Konon, belum ada motor yang dilengkapi alat itu tercolong. Mungkin itu cuma promosi penjualnya. Kasus di atas salah satu contoh. 

Harganya lebih mahal immobilizer. Di toko-toko online dipatok Rp 1,3 juta. Kurang lebih segitu.

Untuk sistem alarm NFC, harganya variatif. Mulai Rp 800 ribu sampai sejuta. Bergantung merek dan model suara alarmnya.

Namun, jangan salah. Dua alat pengaman itu tergolong relatif baru. Belum lima tahun. Sedangkan, pekerjaan sehari-hari maling adalah mikir, bagaimana caranya membobol jenis pengaman itu. Mereka terus belajar sekaligus praktik. Diulang-ulang sampai lancar.

Anehnya, kalau mereka bisa begitu tekun mikir dan praktik, mengapa mereka tidak bekerja jadi teknisi di bengkel? Keahlian itu pasti dibutuhkan pengusaha bengkel.

Pertanyaan itu sekaligus menjawab prediksi bahwa maraknya curanmor bukan akibat kemiskinan masyarakat. Setidaknya, itu bukan faktor penentu. Tidak semua orang miskin nyolong. Tidak semua ahli mekanik motor mau bekerja di bengkel motor. Jadi penjahat adalah pilihan hidup. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: