Diwisuda ketika Pasar Kerja Penuh Tantangan

Diwisuda ketika Pasar Kerja Penuh Tantangan

ILUSTRASI Diwisuda ketika Pasar Kerja Penuh Tantangan.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Bagi mahasiswa, menyisihkan sebagian waktu untuk belajar dan mengerjakan tugas-tugas perkuliahan adalah hal yang biasa dilakukan. Seorang mahasiswa tidak mungkin hanya bermodal ”ngebut semalam” untuk mengerjakan berbagai tugas dari dosennya. 

Tugas perkuliahan harus dipahami sebagai bagian dari proses untuk memperdalam penguasaan keilmuan dan belajar untuk menerapkan ilmu yang dipelajari untuk membahas atau menyelesaikan sebuah masalah.

Selama kuliah, mahasiswa telah dilatih untuk terbiasa menghadapi berbagai tekanan dengan tetap memiliki spirit belajar dan terus belajar. Di era MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka), mahasiswa memiliki keleluasaan untuk memilih ilmu pengetahuan sesuai minatnya. 

Mahasiswa memiliki kesempatan untuk tidak hanya belajar di ruang kuliah, tetapi juga berkesempatan untuk melaksanakan program magang dan mengembangkan ilmu di luar kampus. Ruang belajar tidak dibatasi di ruang-ruang kuliah –dalam gedung yang tertutup. 

Rektor Universitas Airlangga menegaskan bahwa wisuda tidak boleh diartikan sebagai akhir dari proses belajar, tetapi hanya pemberhentian sejenak untuk kembali belajar lebih banyak lagi. Artinya, kegiatan belajar seyogianya tidak dilaksanakan secara pragmatis –hanya mengejar SKS demi SKS secara teknis-administratif. 

Untuk membangun kompetensi lulusan yang benar-benar optimal, yang dibutuhkan adalah kesediaan untuk belajar seumur hidup. Selain itu, selama proses belajar, para wisudawan dituntut untuk melakukan eksplorasi keilmuan melalui berbagai pengalaman, baik di dalam kampus maupun di luar kampus.

BELAJAR DARI PENGALAMAN

Dari 1.611 wisudawan yang dikukuhkan, tentu tidak semua seketika segera mendapatkan pekerjaan. Bagi mahasiswa S-2 dan S-3, mereka biasanya sudah bekerja dan tinggal meneruskan pekerjaan yang ditekuni dengan bekal keilmuan yang lebih. Namun, bagi wisudawan dari program D-3, D-4 dan S-1, mereka umumnya masih menghadapi tantangan untuk dapat segera terserap di sektor perekonomian firma maupun bekerja secara mandiri. 

Bagi lulusan yangmemiliki prestasi dan modal sosial lebih –seperti menjadi wisudawan terbaik atau wisudawan berprestasi, lulusan yang pernah menjadi juara dalam berbagai event– peluang mereka untuk dapat terserap pasar kerja umumnya lebih cepat. 

Sementara itu, para mahasiswa yang prestasinya pas-pasan atau sekadar lulus tentu membutuhkan perjuangan dan masa tunggu yang lebih lama untuk dapat memperoleh pekerjaan yang diidam-idamkan.

Ketika wisuda berlangsung dan lulusan dikukuhkan, semua wisudawan pasti tampak bahagia. Namun, perjuangan yang riil sesungguhnya baru dimulai setelah wisuda. Menghadapi situasi pasar kerja yang kompetitif, tidak semua wisudawan akan bersukacita. Bukan tidak mungkin ada wisudawan yang harus berjuang lama untuk dapat diterima bekerja di perusahaan yang mereka inginkan. 

Belajar dari pengalaman, bagi mahasiswa yang belum diwisuda, apa yang dialami oleh kakak-kakak kelas mereka adalah pengalaman yang sangat berharga. Daripada menyesal di kemudian hari karena tidak mengisi hari-hari selama kuliah dengan kegiatan akademik yang bermanfaat, para mahasiswa ada baiknya jika melakukan introspeksi dan sadar untuk mengisi hari-hari dengan kegiatan yang produktif. (*)


*) Bagong Suyanto, dekan FISIP, Universitas Airlangga, Surabaya.--

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: