Pilkada, di Antara Legislator dan Pesohor

Pilkada, di Antara Legislator dan Pesohor

ILUSTRASI pilkada, di antara legislator dan pesohor.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Ketiga, mereka punya keyakinan untuk melibatkan dan menginspirasi pemilih yang terhubung dengan orang-orang secara personal, sekaligus punya potensi menggugah minat pengikutnya untuk terlibat di dalam politik. Itu terutama berlaku untuk generasi muda umumnya yang memiliki keterlibatan minim dalam dunia politik. Dengan mencalonkan diri, para artis itu bisa membawa energi dan antusiasme baru ke dunia politik. 

Sebaliknya, tantangan parpol dalam mempertahankan eksistensinya di tengah persaingan yang kian ketat tentunya membutuhkan ongkos yang tidak sedikit. Maka, satu-satunya cara praktis dengan hasil instan untuk menghidupi kelangsungan partainya adalah ”memperjualbelikan konsesi politik” (baca: mahar) yang bernilai ratusan juta bahkan miliaran kepada pesohor dan artis yang bermodal gede untuk maju sebagai calon anggota legislatif dari partai. 

Ekosistem politik yang dibangun dengan mengabaikan asas meritokrasi kelak cenderung melahirkan legislator kualitas pesohor nirprestasi. (*)


*) Sukarijanto, direktur di Institute of Global Research for Entrepreneurship & Leadership dan kandidat doktor di program S-3 PSDM Universitas Airlangga-Dok Pribadi-

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: