Kemerdekaan Perempuan Indonesia

Kemerdekaan Perempuan Indonesia

ILUSTRASI kemerdekaan perempuan Indonesia. Perempuan Indonesia ternyata belum merdeka di negeri sendiri.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Bayangkanlah, ketika kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan bermunculan, ”tokoh” yang bersuara dan ”diikuti” pendapatnya oleh netizen adalah orang-orang yang tanpa ada kurasi media, tapi sangat ”berpengaruh” karena memiliki pengikut yang banyak tetapi tidak dilandasi ideologi tertentu. Akhirnya, yang sering kali terjadi adalah energi yang ada berubah menjadi energi gerak dan energi bunyi yang semburat ke mana-mana.

Idealisme dan ideologi dalam menyikapi dan menuntaskan kasus-kasus kekerasan pada perempuan dan anak-anak serta kurangnya perlindungan hukum pada perempuan yang menjadi korban kekerasan merupakan wilayah yang tidak boleh abu-abu. Itulah wilayah para aktivis perempuan dari organisasi perempuan melakukan kerja potensialnya, memitigasi risiko pada korban, dan terus mendorong pemerintah agar produksi kebijakan tidak mencederai kemuliaan perempuan.

Advokasi-advokasi yang dilakukan para aktivis perempuan untuk kesetaraan gender, idealnya, dilakukan oleh setiap organisasi perempuan. Namun, apalah daya, kondisi ideal itu masih menjadi cita-cita yang harus terus diperjuangkan secara terstruktur dan berkeadilan.

Jadi, apakah perempuan Indonesia sudah merdeka? Kita lihat nanti pada 2045. (*)


*) Alfiah Sufiani adalah pimpinan Ranting Aisyiyah (PRA) Nginden Jangkungan Surabaya dan ketua Korps HMI Wati (Kohati) Badko Jatim 1997–1999.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: