Ardian Purwoseputro: Membawa Kopi Blitar dan Budaya Lokal ke Panggung Dunia

Ardian Purwoseputro: Membawa Kopi Blitar dan Budaya Lokal ke Panggung Dunia

Ardian Purwoseputro, pengusaha kopi Kereta Api Klasik asal Kota Blitar saat berada di Inggris.-Dok Pribadi-

Ardian Purwoseputro, pengusaha Kopi Kereta Api Klasik asal Blitar, memiliki cita-cita untuk mengenalkan produk lokal di kancah internasional. Penulis buku itu juga punya impian mengembalikan kejayaan budaya dan sejarah tanah kelahirannya

Lahir di Blitar pada 10 Maret 1980, Ardian merupakan warga asli Bumi Patria. Ia memiliki latar belakang akademis dari jurusan Manajemen di Universitas Merdeka Malang dan lulus sebagai lulusan terbaik pada tahun 2002, yang semakin mengasah naluri bisnisnya.

Pria yang memiliki minat besar pada sejarah ini berpendapat bahwa Blitar harus memiliki sesuatu yang mudah dikenal dan bisa menjadi kebanggaan bagi tanah kelahirannya.

"Blitar harus punya sesuatu yang keren. Ketika Kediri memiliki Perusahaan Gudang Garam, Blitar juga harus memiliki Kopi Kereta Api Klasik. Harapannya, ini bisa mensejahterakan banyak orang serta menjadi kebanggaan bagi warga Blitar Raya," ujar Ardian.

BACA JUGA:Anugerah Patriot Jawi Wetan II 2024 : Profil 3 Desa yang lolos seleksi APJW II 2024 dari Kabupaten Blitar

BACA JUGA:Dewa United Protes Kandang Arema FC, Stadion Soepriadi Blitar: Lapangannya Jelek!

Kopi Kereta Api Klasik memiliki beragam varian, dengan dua favoritnya adalah Kopi Blitar Harumanis dan Blitar Bourbon.

Kedua kopi ini menawarkan cita rasa spesial kopi arabica yang diolah dengan cara khusus, menjadi ciri khas kopi Blitar. Kopi Kereta Api Klasik bahkan pernah mengekspor kedua jenis kopi ini hingga ke Jepang.


Kopi Kereta Api Klasik asal Kota Blitar.- Kopi Kereta Api Klasik-

Selain menjadi pengusaha kopi, Ardian juga memiliki banyak karya tulis. Setidaknya, sudah ada 8 buku yang ia tulis.

Buku-buku yang pernah ia terbitkan antara lain Wayang Potehi Peranakan Tionghoa Indonesia (2012), Blue Economy: An Odyssey to Prosperity (2013), Wayang Potehi of Java (2014), Museum Hakka Indonesia (2015), 17.000 Islands off Imagination (2015), dan A Certain Grace (2015).

Sejak kecil, Ardian telah menyukai budaya, yang kemudian menjadi inspirasinya dalam menulis buku berjudul Wayang Potehi.

Rumahnya yang berada di belakang klenteng Blitar membuat Ardian kecil sering menyaksikan pagelaran wayang potehi bersama teman-temannya.

Berkat karya-karyanya, ia memiliki kesempatan untuk memperkenalkan dan mengembangkan wayang potehi di lingkup yang lebih luas.

BACA JUGA:Anugerah Patriot JAwi Wetan II 2024 : 3 Kelurahan Penuh Inovasi yang Lolos Seleksi dari Kota Blitar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: