Terbukti dr Aulia, Dokter PPDS Undip, Di-Bully

Terbukti dr Aulia, Dokter PPDS Undip, Di-Bully

ementerian Kesehatan tengah menyiapkan nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) untuk mencegah dan menangani praktik perundungan atau bullying di program pendidikan dokter spesialis (PPDS).-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Isu makan lima bungkus nasi Padang itu beredar luas. Akhirnya pihak Undip menggelar konferensi pers via Zoom, Jumat, 23 Agustus 2024. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (FK Undip) Yan Wisnu Prajoko mengatakan: 

”Memang pernah ada bully seperti itu (makan lima bungkus nasi Padang langsung) tapi terjadi tiga tahun lalu, dan pem-bully sudah disanksi.”

Yan keberatan menyebutkan sanksinya. Tapi, itu tidak terjadi pada dr Aulia, tetapi peserta PPDS lainnya. Pelaku disebutkan: dr Prathita Amanda Aryani. Sudah disanksi.

Yan: ”Sekarang, itu (makan lima bungkus nasi Padang) dihubungkan dengan ini (kasus kematian Aulia) tidak masuk akal, dan kami siap somasi penyebar isunya.”

Yan mengakui, peserta PPDS anestesi seperti Aulia memang berat dari segi jam kerja. Pendidikan berlangsung enam hari per pekan. Total jam kerja per pekan lebih dari 80 jam. Kalau dikalkulasi, rata-rata lebih dari 13 setengah jam per hari, enam hari kerja per pekan.

Yan: ”Kami akan menerapkan jam kerja PPDS seperti diterapkan di Amerika Serikat, yakni 80 jam per pekan (rerata 13 setengah jam per hari). Kami akan menerapkan itu.”

Saat mengikuti PPDS, Aulia sempat sakit. Menderita hernia nucleus pulposus (HNP). Dalam bahasa awam, itu sering disebut sebagai saraf kejepit. HNP terjadi ketika bantalan ruas tulang belakang bergeser dan menekan saraf tulang belakang. Gejalanya berupa nyeri punggung bawah, punggung atas, dan leher. 

Soal itu, Aulia sempat dioperasi. Setelah dioperasi, dia istirahat dua pekan. Kemudian, dia diharuskan lanjut mengikuti PPDS. Soal itu dikeluhkan Aulia kepada pihak keluarga. 

Tante Aulia bernama Vieta, dalam wawancara dengan wartawan, Rabu, 28 Agustus 2024, mengatakan, setelah dioperasi, dua pekan kemudian Aulia harus kerja normal seperti biasa. 

Vieta: ”Karena begitu berat, Aulia beberapa kali mengatakan ingin keluar dari PPDS. Tapi, dia kan beasiswa dan sudah berjalan dua tahun. Kalau mau keluar, katanya harus bayar penalti sangat besar.”

Aulia pun berusaha bertahan dalam kondisi dia merasa berat. Sampai dia meninggal.

Setelah Aulia meninggal, pihak keluarga menceritakan kepada pihak Kemenkes bahwa dulu Aulia berkali-kali mengatakan ingin keluar, tapi katanya harus bayar penalti sangat mahal. Cerita itu sampai ke Menkes Budi yang menjenguk ayahanda Aulia sakit di Tegal. Ternyata Budi mengatakan hal sebaliknya.

Vieta: ”Ternyata peserta PPDS yang keluar, boleh saja. Tidak ada penalti sama sekali. Kita baru tahu itu dari penjelasan Kemenkes kemarin. Ternyata tidak ada aturan peserta PPDS mengganti uang penalti.”

Tapi, ya sudahlah… Semua sudah terjadi. Aulia sudah meninggal. Tinggal menunggu penyidikan polisi tentang dugaan bullying terhadap Aulia. Bukti hukum sudah diserahkan menkes ke polisi untuk diproses. Menunggu penyidikan polisi. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: