Film Surga dalam Bingkai Kayu Dibuat 32 Pelajar SMA dan SMK dari Kelompok Sinau Sinema Ini Hanya dengan Smartphone Lho!
Suasana gala premier yang digelar Sinau Sinema dalam rangka merilis film Surga dalam Bingkai Kayu (SDBK) karya sekelompok pelajar dari beberapa SMA dan SMK di Surabaya dan Sidoarjo, pada Jumat, 30 Agustus 2024 lalu di Gedung Cak Durasim Surabaya. --Sinau Sinema
SURABAYA HARIAN DISWAY – Dengan bangga, gala premier digelar untuk merilis film Surga dalam Bingkai Kayu (SDBK) karya sekelompok pelajar SMA dan SMK di Surabaya dan Sidoarjo, pada Jumat, 30 Agustus 2024 lalu di Surabaya.
Film yang dipersembahkan sebagai bentuk kepedulian terhadap berbagai peristiwa kekerasan terhadap anak itu dihasilkan oleh 32 pelajar. Mereka berasal dari SMKN 12 Surabaya, SMKN 1 Surabaya, SMAN 15 Surabaya, dan SMK Antartika 2 Sidoarjo.
Menariknya, anak-anak muda yang tergabung dalam Sinau Sinema itu mulai memproduksi SDBK selama masa libur sekolah selama Juni 2024 lalu. Dalam bekerja, para pelajar ini dibagi dalam beberapa kelompok kerja sesuai minat dan minat.
BACA JUGA: Gala Premier Film Surga Dalam Bingkai Kayu di Gedung Cak Durasim
Bahkan mereka berinisiatif dan bersedia patungan untuk membiayai produksi. Dana itulah yang dikelola. "Film ini memang digerakkan dengan konsep gotong royong, kolaborasi, dan saling berbagi," kata inisiator Sinau Sinema Heirosay.
Memang terbukti banyak pihak yang mendukung dan membantu sehingga akhirnya dirilis. ”Mulai dari peminjaman tempat untuk basecamp, izin Lokasi, bantuan konsumsi dan transportasi, perangkat soundsystem, hingga tempat penayangan film,” kata Heiro.
Surga dalam Bingkau Kayu dipersembahkan sebagai bentuk kepedulian terhadap berbagai peristiwa kekerasan terhadap anak itu dihasilkan oleh 32 pelajar. Berasal dari SMKN 12 Surabaya, SMKN 1 Surabaya, SMAN 15 Surabaya, dan SMK Antartika 2 Sidoarjo.--Sinau Sinema
Salah seorang mentor film itu mengatakan, ada hal yang menjadi tantangan menarik bagi para pelajar ini ketika memprosuksi. "Pengambilan gambar dan perekaman audio menggunakan smartphone. Kami menyebutnya cinemaxphone,” terangnya.
Sebagai film produksi lokal, SDBK terasa sangat Jawa Timur, khususnya bernuansa Surabaya. Di antaranya karena memakai latar lokasi di Kecamatan Bulak Kota Surabaya. Selain itu dilakukan di Dapoer Oemoem Studio Aminoto Rungkut.
Dijelaskan produser film Syarif Wajabae, selain dimentori oleh Heiro, proses produksi dibimbing tiga mentor lainnya. Syarif sendiri sebagai mentor kebagian tugas membimbing segala urusan manajerial, mulai dari pemilihan dan izin lokasi, dan casting.
Ia juga menangani keaktoran hingga semua hal yang dibutuhkan saat syuting film. Mentor lainnya ada Herman Cahyadi yang membimbing segala urusan mengenai tata artistik, tata cahaya, dan hal-hal yang bersifat teknis.
BACA JUGA: Sinopsis Film Kaka Boss, Kisah Preman Tobat yang Banting Setir jadi Penyanyi
”Nah, pada wilayah penulisan cerita, penyutradaraan, sinematografi dan editing dibimbing oleh Heirosay. Tata audio dan musik dibimbing Yasin Alraviri yang berpengalaman di bidang audio,” terang Syarif.
Herman menjelaskan bahwa semua hal teknis yang berkaitan dengan peralatan melibatkan begitu banyak pihak. Semua terbiasa berangkat dari yang ada. Bahkan banyak peralatan pendukung syuting dibuat sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: