Peringati Hari Aksara Internasional, Puri Aksara Rajapatni & Wisma Jerman Lestarikan Penulisan Aksara Jawa
Foto Bersama Peserta Cross Culture & Workshop Shodo dalam Penulisan Aksara Jawa dalam Memperingati Hari Aksara Internasional di Wisma Jerman, Surabaya, pada Senin, 9 September 2024-Vincentius Andito: Harian Disway-
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Memperingati Hari Aksara Internasional yang jatuh pada 8 September 2024, Puri Aksara Rajapatni dan Wisma Jerman mengadakan rangkaian acara selama tiga hari. Yakni sejak 8-10 September 2024, dengan menggandeng seluruh lapisan masyarakat untuk melestarikan aksara Jawa.
Acara itu bertajuk Cross Culture & Workshop (Shodo) Aksara Jawa. Berlangsung pada Senin, 9 September 2024, dipandu oleh Founder Komunitas Puri Aksara Rajapatni Ita Surojoyo. Dia mengajar belasan undangan yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda.
BACA JUGA:Dewan Surabaya Dukung Proyek Revitalisasi Skatepark Kalimas dan Taman Bungkul
Mulai dari Direktur Wisma Jerman Mike Neuber, WNA asal Amerika John, Wakil Konjen (Konsulat Jenderal) Jepang Ishii dan Konsul Muda Jepang bagian Pendidikan, Kebudayaan, dan Informasi Nakagome, para Miss Tionghoa Jawa Timur 2024, hingga perwakilan berbagai negara.
“Cross culture kaligrafi Jepang dengan aksara Jawa, dengan konjen Jepang. Ada tamu dari Miss Tionghoa juga. Beragam yang datang,” ucap Ita kepada Harian Disway, Senin, 9 September 2024.
Founder Puri Aksara Rajapatni Ita Surojoyo sedang menjelaskan cara menulis aksara Jawa kepada para peserta Workhsop Cross Culture di Wisma Jeman, Senin, 9 September 2024-Vincentius Andito: Harian Disway-
Saat memulai workshop, Ita dibantu dengan rekan budayawan di Rajapatni, yakni Nanang Purwono, Hermas Thony, dan Wiji Utomo. Ita menjelaskan proses belajar aksara Jawa dengan konsep cross culture yang berfokus pada keaksaraan.
“Indonesia itu kaya. Kita punya aksara di masing-masing daerah, kenapa tidak dipakai? Jadi, ini lebih ke penggunaan kembali aksara Nusantara,” jelas Ita.
BACA JUGA:Pengumuman Hasil Tes Kesehatan Calon Pilwali Surabaya Ditunda Hingga 22 September
“Bukan untuk menonjolkan kesukuan. Tapi lebih pada menumbuhkan rasa cinta kepada bangsa dan negara, menumbuhkan jati diri kita sebagai orang Indonesia yang punya bermacam bahasa dan aksara lokal,” sambungnya.
Ita menyampaikan bahwa banyak bahasa di Indonesia yang telah punah. Karena masyarakat lokal tidak lagi memakai bahasa tersebut.
Maka dia berupaya agar aksara yang ada di Indonesia tetap dilestarikan. Agar tidak mengalami kepunahan.
BACA JUGA:Polisi dan Warga Amankan Lima Pemuda Gengster di Pasar Kembang Surabaya
Setelah pengenalan, Ita membagikan kertas kerja yang dibagikan kepada peserta workshop. Kertas tersebut berisi panduan aksara Jawa lengkap dengan keterangan aksara beserta artinya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: liputan lapangan