Anugerah Patriot Jawi Wetan II 2024: Cari 20 Desa/Kelurahan Terbaik, Tim Juri Berdiskusi

Anugerah Patriot Jawi Wetan II 2024: Cari 20 Desa/Kelurahan Terbaik, Tim Juri Berdiskusi

Rapat para dewan juri dari Tim 2 Penjurian Anugerah Patriot Jawi Wetan II 2024 yang bertempat di kantor Harian Disway, Surabaya, Jumat, 20 September 2024.-Angelita Ariko Pinkan-

HARIAN DISWAY - Tim Juri Seleksi peserta Anugerah Patriot Jawi Wetan II 2024 melalui zoom meeting sudah selesai. Digelar mulai Selasa, 17 September 2024 hingga Jumat, 20 September 2024. Ada tiga pilar 114 desa/kelurahan dari 38 kabupaten/kota.

Penjurian memang selesai. Tapi tugas juri belum selesai. Dua tim juri yang beranggorakan empat akademisi dan dua jurnalis Harian Disway masih harus bekerja. Menentukan 20 desa/kelurahan terbaik untuk penjurian lapangan. 

Tim 1 beranggotakan Taufiqurrahman (Harian Disway); Dr Gitadi Tegas Supramudyo, Drs, MSi (FISIP Universitas Airlangga); dan Drs Jupriono, Msi, akademisi dari FISIP Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya. Tim ini menyeleksi 19 kabupaten/kota wilayah barat.

Sedang Tim 2 beranggotakan Guruh Dimas Nugraha (Harian Disway); Probo Darono Yakti M. Hub Int (FISIP Universitas Airlangga); dan Doan Widhiandono, S.Sos, M.Ikom, akademisi dari Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya. Tim ini menyeleksi 19 kabupaten/kota wilayah barat.

BACA JUGA:Anugerah Patriot Jawi Wetan II 2024: Penilaian Sudah Tidak Ada Hambatan

BACA JUGA:Anugerah Patriot Jawi Wetan II 2024: Akses Internet untuk Masyarakat Desa

Jupriono mengakui selama empat hari penjurian, banyak hal menarik yang ditemuinya. “Do sini mungkin lucu, aneh, baru tahu, atau mengharukan dan menyedihkan,” terang Jupriono, Jumat, 19 September 2024.

Termasuk sebutan kampung janda yang mengacu pada jumlah janda di desa tersebut. “Mereka menderita secara biologis, sosial, dan finansial,” tuturnya.


Lembar rekapan penilaian selama penjurian menjadi salah satu pertimbangan tim juri APJW II 2024 menentukan jagoannya, Jumat, 20 September 2024.-Angelita Ariko Pinkan-

Jupriono juga terkagetkan ternyata orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) diperlukan layaknya sampah. DIbuang di tengah malam dari kabupaten satu ke kabupaten lain. “Bahkan dibuang begitu saja di tengah hutan. Rasa kemanusiaan kita tertusuk. Departemen sosial, ulama, pemimpin-pemimpin moral rasanya tidak peduli. Kepekaan rasa masyarakat kita telah sirna,” tandasnya.

BACA JUGA:Anugerah Patriot Jawi Wetan II 2024: Peserta Ibarat Penjual dengan Baik dalam Paparkan Program

BACA JUGA:Anugerah Patriot Jawi Wetan II 2024: Penilaian Media Sosial Hari Pertama Selesai

Kendati omah rembug bukan program original dari desa/kelurahan setempat, tapi di beberapa desa sangat berperan untuk meredam konflik di masyarakat. “Tempat warga menyampaikan kritik, keluhan, juga sebagai forum menyelesaikan masalah-masalah warga (selingkuh, rebutan warisan, misalnya). Termasuk kisah menggelikan karena yang selingkuh justru aparat desa itu sendiri,” kata Jupriono sambil tersenyum.

Hal yang sama juga dirasakan Probo. Magister jurusan Hubungan Internasional ini juga mengaku kesulitan membandingkan inovasi antar desa/kelurahan. Menurutnya, program yang dipaparkan peserta dalam proses seleksi, sangat luar biasa. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: