Festival Hari Bahasa Isyarat Internasional 2024 Gugah Inklusivitas

Festival Hari Bahasa Isyarat Internasional 2024 Gugah Inklusivitas

Diskusi hangat pada Festival Hari Bahasa Isyarat Internasional 2024 di Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur, Sabtu, 5 Oktober 2024.-Dinar Mahkota Parameswari/Harian Disway-

Balai Bahasa Indonesia Jawa Timur, Sabtu, 5 Oktober 2024, menjadi saksi meriahnya perayaan Festival Hari Bahasa Isyarat Internasional 2024. Acara itu digelar oleh Yayasan Semesta Rumah Kita yang berkolaborasi dengan berbagai komunitas tuli, serta difasilitasi oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Provinsi Jawa Timur. Festival tersebut memunculkan kisah-kisah heroik.

------

FESTIVAL dibuka dengan flashmob dari Cerita Teman Tuli (Tatuli). Mereka menampilkan huruf dalam bahasa isyarat dan langsung memikat perhatian peserta.

Yang juga memukau adalah tari Saman yang dibawakan oleh tiga penari tuli dari Fira Modelling Disabilitas. Meski tunarungu, para penari membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk tampil sempurna.

BACA JUGA:Festival Hari Bahasa Isyarat Internasional 2024, Populerkan Bahasa Isyarat Demi Tingkatkan Mutu SDM Tuli

BACA JUGA:Tingkatkan Pelayanan Publik Berbasis HAM, Kantor Imigrasi Malang Giatkan Pelatihan Bahasa Isyarat

"Karena semua anak mempunyai hak untuk berkarya dan mengeluarkan potensinya," ujar Febri Tri Handayani, ketua pelaksana.

Menurutnya, festival itu juga jadi upaya untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya bahasa isyarat sebagai instrumen pengembangan sumber daya penyandang tunarungu.

"Kami ingin memberikan kesempatan bagi seluruh anak Indonesia untuk berkarya, termasuk anak-anak tuli," tambah Febri. Acara tersebut menjadi momentum penting. Apalagi di Jawa Timur, penerapan bahasa isyarat Indonesia (Bisindo) belum sepenuhnya merata di lingkungan pendidikan dan sosial.

BACA JUGA:Semangat Sahabat Tuli Belajar Ngaji dengan Bahasa Isyarat

BACA JUGA:Bahasa Isyarat Anies Baswedan Saat Debat Dipuji Netizen, Apa Sih Artinya?

Salah satu tokoh yang berbicara dalam acara tersebut adalah Viona Amelia Putri. Amel, sapaannya, adalah mahasiswi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) sekaligus pendiri dan ketua komunitas tuli di kampusnya. Amel mendirikan komunitas itu sebagai respons atas kesulitan yang ia hadapi selama menjalani kuliah.

“Misal mau bertanya, aku harus ke depan lalu pakai HP untuk menuliskan pertanyaan,’’ kata mahasiswa Prodi Sistem Informasi, Fakultas Teknik, tersebut.

Tentu, Amel juga kesulitan berkomunikasi dengan dosen atau kawannya. Kerap, Amel harus ’’titip pertanyaan’’ ke teman untuk disampaikan kepada dosen.

BACA JUGA:Susanti Mayangsari: Bahasa Isyarat adalah Budaya dan Identitas Orang Tuli

BACA JUGA:Bahasa sebagai Pembentuk Peradaban (1): Alat Berpikir, Gagasan, dan Bangunan Monumental

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: