Semangat Sahabat Tuli Belajar Ngaji dengan Bahasa Isyarat
Ketua Komunitas Tuli Unesa Moch Akbar sedang melafalkan surat Al-Fatihah menggunakan bahasa isyarat, kemudian ditirukan oleh sahabat Tuli lainnya.-Novia Herawati -
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Keterbatasan fisik tak membatasi seseorang untuk membaca kitab suci Alquran. Seperti yang dilakukan oleh teman-teman disabilitas dari Komunitas Tuli Universitas Negeri SURABAYA (Unesa).
Selama bulan Ramadan ini, mereka semangat belajar membaca Alquran menggunakan bahasa isyarat.
“Tahun ini pertama kali. Saya dan teman-teman membuka kelas membaca mengaji bahasa isyarat (selama ramadan). InsyaAllah tahun depan ada lagi,” ucap ketua Komunitas Tuli Unesa Moch Fadillah Akbar.
BACA JUGA:Rumah Anak Prestasi Jadi Wadah Kreativitas 516 Disabilitas di Surabaya
Komunitas Tuli Unesa memulai pembelajaran Alquran dari tahap tartil (dasar) dengan bahasa isyarat.
“Kemarin sampai tartil 4. Nanti kalau sudah lancar sama baca di Alquran. Kalau pertama pakai tartil,” imbuh Akbar.
Sementara jilid tartil yang mereka pelajari itu dibuat dengan standar khusus untuk kawan-kawan disabilitas Tuli.
“Ada Alquran bahasa isyarat dari Kementerian Agama tapi belum disebar. Masih proses uji coba, kalau sudah siap nanti dijual belikan, disebarluaskan di Indonesia untuk teman-teman tuli belajar isyarat,” terangnya.
Kegiatan mengaji dengan bahasa isyarat mendapat respons positif dari pihak kampus. Terbukti, jumlah peserta dan volunteernya kian meningkat. Dari awalnya 17 menjadi 26 orang yang merupakan mahasiswa dari berbagai jurusan di Unesa.
Selain itu, Akbar menyebut kegiatan positif ini difasilitasi oleh Direktorat Pusat Unggulan Ilmu Disabilitas Unesa dan menghadirkan pengajar dari Rumah Quran Sahabat Tuli (RQST) Kediri.
Direktur Pusat Unggulan Disabilitas Wagino menilai meski di tengah keterbatasan, semangat Komunitas Tuli Unesa ini membuktikan bahwa setiap orang bisa memberikan berkontribusi positif.
“Semua peserta dan volunteernya dari Teman Tuli. Dan ada beberapa volunteer karena mereka yang akan membantu melanjutkan setelah kegiatan Ramadan yang menjadi bagian dari kegiatan Direktorat kita,” ujarnya.
Komunitas Tuli dan Direktorat Pusat Unggulan Disabilitas Tuli Unesa juga akan menggelar kegiatan berbagi di panti asuhan. “Rutin setiap tahun (diadakan), ditutup ke panti asuhan di akhir Ramadan,” tandas Wagino. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: