Informal: Pergaulan Inklusif TIBA dan Teman Dengar, Bahasa Isyarat Warnai Perbedaan

Informal: Pergaulan Inklusif TIBA dan Teman Dengar, Bahasa Isyarat Warnai Perbedaan

Pergaulan inklusif dengan bahasa isyarat bersama TIBA dan Teman Tuli, cerminkan indahnya perbedaan. - Subastian Salim - Harian Disway

HARIAN DISWAY - Tim Bahasa Isyarat Indonesia dan Aksesibilitas (TIBA) Surabaya punya wadah untuk teman tuli dan teman dengar, namanya Informal. Pertemuan layaknya nongkrong bareng itu melibatkan Bahasa Isyarat.

Bulan ini, Informal berlangsung di Kogu Space Surabaya pada Sabtu, 6 September 2025. Ketua TIBA Surabaya Ika Irawan mengatakan bahwa Informal rutin diselenggarakan, paling tidak tiap dua bulan sekali.

“Sebenarnya, acara ini tak hanya untuk teman tuli. Jadi, kalau teman dengar ikut bergabung juga boleh,” ungkap salah satu mentor Kelas Bahasa Isyarat TIBA Surabaya tersebut. 

Malam itu, pertemuan dihadiri sebanyak 35 peserta dengan kisaran usia 21-30 tahun. Mereka berkenalan dan lanjut saling sapa. Tentu saja, menggunakan bahasa isyarat.

Rata-rata, mereka yang ikut nongkrong bareng adalah teman dengar yang merupakan siswa Kelas Bahasa Isyarat TIBA Surabaya. Ditambah, kerabat atau teman mereka.

BACA JUGA:Edukasi Kanker Payudara di Surabaya, TIBA dan RRS Gaungkan Lagi SADARI

BACA JUGA:Meski Bisa Bahasa Oral, Yayuk Prayigi Tetap Ajarkan Anaknya Bahasa Isyarat Indonesia


IKA IRAWAN selaku ketua TIBA Surabaya membuka Pertemuan Informal di Kogu Space Surabaya pada 6 September 2025. - Subastian Salim - Harian Disway

Arya Kharisma Nanda dan Kharisma Dona Irlandi, misalnya. Mereka adalah teman dengar yang antusias mempelajari bahasa isyarat. 

Awalnya, Arya belajar bahasa isyarat lewat kelas Pusbisindo yang berlangsung secara offline di PACO Coworking Space Surabaya. Selanjutnya, Arya bergabung dalam aktivitas yang melibatkan TIBA pada 2023.

Saat itu, yang dia ikuti adalah sosialisasi bahasa isyarat di sela Car Free Day (CFD) Taman Bungkul Surabaya. Aktivitas tersebut juga masih menjadi agenda TIBA Surabaya.

Arya mengatakan bahwa dia berinteraksi pertama kali dengan teman tuli justru sebelum mempelajari bahasa isyarat. Itu menjadi salah satu pemicunya untuk kemudian belajar bahasa isyarat.

“Rasanya seperti ada tantangan tersendiri saat ingin berkomunikasi dengan teman tuli,” kata Arya. Semula, dia malu. Tapi Arya sekarang sudah jauh lebih jago dan percaya diri menggunakan bahasa isyarat.

BACA JUGA:Festival Hari Bahasa Isyarat Internasional 2024, Populerkan Bahasa Isyarat Demi Tingkatkan Mutu SDM Tuli

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: