Meski Bisa Bahasa Oral, Yayuk Prayigi Tetap Ajarkan Anaknya Bahasa Isyarat Indonesia
Dari kiri, Yayuk Prigi, Ketua DPD Gerkatin Jatim Maskurun, Viona Amelia Putri adalah mahasiswa UNESA yang tunarungu, dan Inge Ariani Safitri selaku ketua Yayasan Semesta Rumah Kita saat talkshow dalam Festival Hari Bahasa Isyarat Internasional 2024. -Dinar Mahkota Parameswari-
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Menjadi orang tua yang merawat anak tuli bukanlah hal yang mudah. Banyak hal yang harus dipersiapkan untuk membesarkannya. Salah satunya ialah memberi akses bahasa untuk anak tuli.
Yayuk Prayigi adalah orang tua anak tuli yang membantu anaknya untuk mendapat akses bahasa tersebut. Dia diundang sebagai pemateri di Festival Hari Bahasa Isyarat Internasional 2024 di Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur, Sabtu, 5 Oktober 2024.
Yayuk dengan telaten memberikan pelatihan komunikasi verbal untuk Kesya anaknya. Selama 6 tahun Kesya belajar bahasa oral. Setelahnya Kesya pun bisa berbahasa verbal dan digunakan dikehidupan sehari-hari.
Yayuk menjelaskan bahwa saat di rumah Kesya selalu menggunakan bahasa verbal. "Alasan saya mengikutkan Kesya dalam terapi verbal, karena menurut saya Kesya harus bisa," begitu ucapnya.
Walaupun Kesya sudah bisa berbahasa oral, Yayuk mengungkapkan bahwa Kesya masih sulit berbicara. Namun, seiring berjalannya waktu setelah Kesya masuk Sekolah Luar Biasa (SLB) dia mulai belajar bahasa isyarat.
Apalagi banyak teman-teman Kesya di SLB yang tuli. Kesya harus beradaptasi untuk bisa berkomunikasi dengan teman-teman lainnya. Saat dia belajar, Kesya merasa dengan bahasa isyarat Indonesia (Bisindo) dia lebih ekspresif saat berkomunikasi.
BACA JUGA: Womenspiration, Fashion Show Model Disabilitas Memberi Harapan untuk Model-model Inklusif
Yayuk merasa Kesya lebih bisa akrab dengan teman dan gurunya. Bahkan mereka terlihat lebih senang saat Kesya berbicara dengan bisindo. Lebih dari itu, Kesya akhirnya masuk ke dalam organisasi bercerita di Surabaya.
"Demua anggotanya adalah teman dengar, Kesya semakin mewakili teman tuli di Surabaya," ucapnya. Dia mengatakan bahwa dengan metode pembelajaran dongeng bisindo, Kesya bisa berkembang lebih cepat.
Akhirnya lewat bisindo, Kesya bisa lebih cemerlang. Sudah dua kali dia diundang mengajari bisindo. Yang pertama di SMA Muhammadiyah dan di SMK Giki 1 Surabaya. Menurutnya, pihak sekolah ingin mengajarkan murid-muridnya berbahasa isyarat.
BACA JUGA: Hadirkan Pelayanan Inklusif, Kapasitas SDM Informasi Publik Ditingkatkan
Salah satunya bisindo. Berbeda dengan hak berbahasa isyarat yang begitu bebas di festival ini, kenyataannya diluar sana masih banyak sekali oknum orang tua dan sekolah yang masih melarang anaknya menggunakan bisindo.
Yayuk Prayigi, orang tua Kesya yang seorang disabilitas, dalam sebuah talkshow di acara Festival Hari Bahasa Isyarat Internasional 2024 di Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur, pada Sabtu, 5 Oktober 2024. -Dinar Mahkota Parameswari-
Hanya 75 persen orang tua dengan anak tuli yang berbicara dengan bahasa isyarat. Sedangkan 25 persennya tidak menggunakannya sebagai sarana berkomunikasi. Hal ini membuat adanya gap antara orang tua dan anak tuli.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: