Bahasa sebagai Pembentuk Peradaban (3-Habis): Perangkai Keindonesiaan

Bahasa sebagai Pembentuk Peradaban (3-Habis): Perangkai Keindonesiaan

ILUSTRASI Bahasa sebagai Pembentuk Peradaban (3-Habis): Perangkai Keindonesiaan. -Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Penggunaan bahasa Melayu di dunia pendidikan mengalami perluasan setelah golongan bumiputra secara swadaya mendirikan sekolah-sekolah seperti sekolah Muhammadiyah, Taman Siswa, Sekolah Kartini, dan lain-lain. 

Sekolah Taman Siswa pernah mendapat hambatan dari pemerintah kolonial dengan diterbitkannya ordonansi sekolah liar, tetapi akhirnya bisa diatasi. Lembaga pendidikan atau sekolah adalah tempat dikembangkannya ide-ide modernisasi. 

Gagasan modernisasi yang berasal dari Barat disemai di sekolah-sekolah dan disebarluaskan kepada masyarakat luas. Penggunaan bahasa Melayu di sekolah-sekolah telah menjadikan bahasa tersebut sebagai alat untuk mencapai kemajuan. 

Bahasa Melayu telah memperoleh kedudukan sebagai bahasa modern dan telah dipakai sebagai alat berpikir dan berbuat dalam konteks modernisasi.

Bahasa Melayu juga telah dipakai sebagai bahasa untuk buku-buku bacaan rakyat. Sejak akhir abad ke-18, Belanda telah menerbitkan buku bacaan rakyat yang awalnya terbatas untuk bacaan anak-anak dengan berbahasa Melayu. 

Buku paling awal adalah Hikajat Isma Jatim (Hikayat Isma Yatim) dan diterbitkan ulang di Batavia pada 1825. Buku tersebut merupakan bacaan tambahan untuk anak-anak yang sekolah di sekolah-sekolah Melayu. Sejak abad ke-19, penerbitan swasta bermunculan di kota-kota besar yang mendukung penerbitan bacaan rakyat. 

Perkembangan penerbitan bacaan rakyat berbahasa Melayu mengalami peningkatan sangat tinggi sejak pemerintah kolonial Belanda membentuk Commissie voor de Inlandsche School-en Volkslectuur (Komisi untuk Bacaan Sekolah Bumiputra dan Bacaan Rakyat) tanggal 14 September 1908 yang awalnya diketuai G.A.J. Hazeu. 

Langkah pemerintah Belanda untuk mulai menangani bacaan bagi rakyat dilandasi pertimbangan bahwa pada awal abad ke-20 telah muncul kelompok bumiputra terdidik, terutama untuk memelihara kepandaian membaca, memenuhi kegemaran membaca, dan menambah bacaan mereka.

Bacaan rakyat menjadi makin mudah tersebar karena tahun 1917 pemerintah Belanda mendirikan Kantor Bacaan Rakyat (Kantoor voor de Volkslectuur) dengan nama Balai Poestaka yang bertugas menerbitkan berbagai buku untuk bacaan anak-anak sekolah serta buku-buku untuk masyarakat. 

Lembaga itu dipisahkan dengan lembaga induknya, yaitu Komisi untuk Bacaan Sekolah Bumiputra dan Bacaan Rakyat, agar fokus untuk menerbitkan bacaan rakyat, tidak bercampur dengan penerbitan buku untuk sekolah. Menyusul kebijakan tersebut, di berbagai daerah didirikan Taman Poestaka. 

Dengan begitu, pada 1930-an berdiri ratusan Taman Poestaka di berbagai daerah dengan jenis buku yang beragam, mulai buku berbahasa Belanda, bahasa daerah, hingga tentu saja buku-buku berbahasa Melayu. Tahun 1925 Balai Poestaka melakukan terobosan baru dengan mengadakan empat mobil keliling yang menjajakan dan meminjamkan buku. 

Balai Poestaka melakukan banyak sekali reproduksi bahan bacaan untuk masyarakat, baik untuk anak-anak maupun bacaan umum. Ratusan cerita rakyat ditulis ulang dan diterbitkan. 

Karangan-karangan baru yang ditulis para penulis bumiputra diterbitkan. Setiap tahun Balai Poestaka menerbitkan 350 buku. Beberapa buku seri bacaan anak yang diterbitkan Balai Poestaka, antara lain, Si Doel Anak Betawi (1936), Sepoeloeh Tjerita Kanak-Kanak (1935), dan Si Samin (1924).

Selain Balai Poestaka, penerbit-penerbit swasta berperan aktif menerbitkan bacaan berbahasa Melayu. Salah satu penerbit terkemuka pada awal abad ke-20 adalah J.B. Wolters. Penerbit itu banyak sekali menerbitkan buku pelajaran sekolah dan buku-buku bacaan berbahasa Melayu. 

Sampai tahun 1960-an, sebagian besar buku pelajaran dan bahan bacaan masih diterbitkan oleh penerbit-penerbit yang sudah eksis sejak zaman kolonial Belanda. Bahasa Melayu menjadi makin berkembang karena penggunaannnya yang kian luas dan tidak terbatas pada buku pelajaran dan buku bacaan saja. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: