Bahasa sebagai Pembentuk Peradaban (3-Habis): Perangkai Keindonesiaan

Bahasa sebagai Pembentuk Peradaban (3-Habis): Perangkai Keindonesiaan

ILUSTRASI Bahasa sebagai Pembentuk Peradaban (3-Habis): Perangkai Keindonesiaan. -Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

DALAM dunia modern, bahasa juga berfungsi sebagai alat pemberitaan. Terbitnya surat kabar menandakan telah terjadi revolusi bahasa. bahasa yang semula hanyalah alat untuk bercakap-cakap antarpersonal telah berubah menjadi alat untuk menyiarkan sesuatu secara tertulis dan massal yang diterbitkan secara berkala. 

Dalam konteks ini, bahasa telah menjadi alat menyiarkan modernisasi. Surat kabar berbahasa Melayu terbit kali pertama tahun 1874, yaitu Pemberita Betawi. Redaktur surat kabar itu adalah J. Hendriks. Tahun 1893 terbit surat kabar  berbahasa Melayu lainnya, Bintang Betawi, dengan redaktur J. Kieffer. 

Lima tahun kemudian terbit surat kabar Taman Sari dengan redaktur F. Wiggers. Pada 1902 terbit surat kabar terkemuka berbahasa Melayu, yaitu Kabar Perniagaan, yang awalnya terbit mingguan, tetapi berubah menjadi harian. 

BACA JUGA: Bahasa sebagai Pembentuk Peradaban (1): Alat Berpikir, Gagasan, dan Bangunan Monumental

BACA JUGA: Bahasa sebagai Pembentuk Peradaban (2): Alat Interaksi dan Komunikasi

Surat kabar tersebut dianggap sangat penting dalam perkembangan pers berbahasa Melayu karena dipimpin seorang bumiputra, yaitu F.D.J Pangemanan, yang berasal dari Manado serta Gow Peng Liang yang merupakan keturunan Tionghoa. Terbitnya surat kabar tersebut merupakan reaksi atas terbitnya Bintang Betawi yang dikenal anti-Tionghoa.

Di Kota Surabaya juga terbit surat kabar berbahasa Melayu. Surat kabar pertama berbahasa Melayu yang terbit di Kota Surabaya adalah Bintang Soerabaja, terbit pertama tahun 1861, mendahului surat kabar serupa yang terbit di Batavia. 

Surat kabar tersebut masih menyuarakan kepentingan masyarakat Tionghoa. Namun, redakturnya orang Belanda, yaitu Bousquet. 

BACA JUGA: Bahasa, Alat Kekuasaan di Era Orde Baru

BACA JUGA: Tantangan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional

Surat kabar terkemuka berbahasa Melayu yang terbit di Kota Surabaya adalah Pewarta Soerabaja yang terbit pertama pada 1902. Surat kabar itu dimiliki seorang Tionghoa bernama Tjiok Soe Tjioa. Namun, redakturnya orang Belanda bernama H.F. Kommer. Pewarta Soerabaja bersifat liberal, tetapi berorientasi kepada nasionalisme Tiongkok.

Hampir semua surat kabar berbahasa Melayu yang telah disebutkan belum memiliki sifat keindonesiaan yang kuat. Mereka rata-rata masih membela kepentingan golongan Belanda dan Tionghoa walaupun surat kabarnya berbahasa Melayu. 

Penggunaan bahasa Melayu pada surat kabar tersebut dimaksudkan agar golongan terpelajar yang berbahasa Melayu, umumnya masyarakat Tionghoa, memiliki akses terhadap pemberitaan yang luas. 

BACA JUGA: Menjaga Bahasa, Menjaga Budaya: Refleksi Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: