Produk Tiongkok Membanjiri Pasar, Presiden Jokowi Tekankan Perlunya perlindungan Pasar Domestik

Produk Tiongkok Membanjiri Pasar, Presiden Jokowi Tekankan Perlunya perlindungan Pasar Domestik

Presiden Jokowi memberikan sambutan dalam pembukaan Trade Expo Indonesia Ke-39 Tahun 2024.--Youtube Sekretariat Presiden

HARIAN DISWAY - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan pentingnya perlindungan pasar domestik Indonesia dan kemampuan untuk memasarkan produk nasional, terutama di tengah situasi over atau kelebihan produksi yang terjadi di China.

Hal tersebut ia sampaikan dalam sambutannya di pembukaan Trade Expo Indonesia ke-39 Tahun 2024 di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Banten pada Rabu, 9 Oktober 2024.

"Kita sebagai negara dengan pasar yang besar dan dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, yaitu 280 juta jiwa, harus mampu melindungi pasar domestik kita," ujarnya.

BACA JUGA:Cyber Islamic University Dorong Transformasi Digital Pendidikan di Kemenag

Jokowi menambahkan bahwa negara-negara lain mulai khawatir dan bersiap untuk melindungi pasar domestik mereka. Masalah kelebihan produksi di China kini menjadi sorotan global.

"Banyak negara sudah mulai khawatir dan bersiap melindungi pasar domestiknya dari masuknya produk impor dari China yang masif dengan harga yang jauh lebih murah," terangnya.

Oleh karena itu, Presiden meminta agar pemasaran produk dalam negeri tidak lagi dilakukan secara konvensional, mengingat saat ini sudah memasuki era digital.

BACA JUGA:10 Tahun Presiden Jokowi, Kementerian Agama Menjadi Faster, Better, dan Stronger

"Pemasaran juga jangan selalu dengan cara-cara konvensional, sekarang sudah eranya digital. Kita harus masuk secara masif ke arah sana untuk memasarkan produk-produk negara kita Indonesia,” jelas Presiden.

“Saat banyak negara melakukan restriksi akibat perang dagang, menurut saya di situ ada peluang. Saat banyak negara mengalami inflasi tinggi, menurut saya di situ juga ada peluang," ucap Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.

Lainnya, Jokowi mengungkapkan bahwa saat ini dunia masih dalam proses pemulihan, dengan pertumbuhan ekonomi global yang lambat, berkisar antara 2,6 hingga 2,7 persen. Menurutnya, inflasi juga masih menjadi ancaman bagi banyak negara.

BACA JUGA:Prabowo-Gibran Siapkan Kabinet, Jokowi Siap-siap Balik ke Solo

Ia juga mengatakan perang konvensional serta perang dagang saat ini masih terus berlangsung, menjadikan banyak negara melakukan kebijakan pembatasan perdagangan.

"Saat ini, setidaknya ada 19 negara yang melakukannya, semua itu membuat volume perdagangan global menjadi lesu," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: