Cipto Suwarno Kurniawan, Bersama Ayumie Sukses Rambah Pasar Modern
Cipto Suwarno Kurniawan, Bersama Ayumie Sukses Rambah Pasar Modern. Produksi Ayumie terus ditingkatkan seiring dengan meningkatnya permintaan pasar.-Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY
Ternyata semua retail terus meminta order. Rutin. tadi terus order. Bahkan, tidak ada toko yang sampai meretur produk Ayumie. “Sampai detik ini tidak ada yang pernah meretur barangnya. Padahal di awal, ekspektasi saya sudah rendah,” ungkapnya.
BACA JUGA:Lantik DPK Apindo Kota Cirebon, Enggartiasto: Pengusaha Jangan Ragu Berinvestasi
Melihat respons masyarakat yang bagus, Wawan memberanikan diri untuk menawarkan mi sehat tanpa bahan pengawet itu ke pasar yang lebih besar: Supermarket Bilka dan Bonet. Produknya di sana kembali laku keras.
“Kalau Bilka itu sekali order 25 karton. Selalu habis. Sekarang sudah pengambilan yang ketiga. Berarti kesimpulannya, mi sehat ini sangat disukai pasar. Kemarin saat Idulfitri saja sampai kosong di semua supermarket,” ujar pria 42 tahun itu.
Swalayan Hokky pun ikut tertarik menerima Ayumie. Pemasarannya bisa mencapai 150 karton sekali PO. “Padahal di awal, saya selalu ditolak, lho. Tapi karena respons yang lain bagus, Hokky akhirnya terima proposal kami,” ucapnya.
Cipto Suwarno Kurniawan, Bersama Ayumie Sukses Rambah Pasar Modern. Proses pembuatan Ayumie di CV Omieku Food. Mi tersebut dibuat dengan cara dioven. Sehingga lebih menyehatkan.-Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY
Saat ini pun, dalam satu bulan, Ayumie memproduksi sekitar 16 ton mi yang dipasarkan. Mereka juga sedang berusaha untuk masuk ke pasar yang lebih besar lagi. Yakni Indomaret dan Alfamidi. “Target kami memang top to down. Karena mi yang kami jual kelasnya premium,” terangnya.
Ayumie memang mimpinya sejak dulu. Setidaknya sejak 2009. Selain memberikan tawaran mi instan yang lebih sehat, Wawan ingin masuk lebih jauh ke pasar modern. Jika berhasil, tahap selanjutnya adalah merambah ke pasar tradisional dan toko-toko kecil.
Wawan juga berkiprah di PT Parimas Boga Jaya yang memproduksi mi kering. Di perusahaan itu, sejak 1976, omsetnya 100 persen berasal dari pasar tradisional. Mi kering PT Parimas Boga Jaya tentu sulit masuk pasar modern.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Pengusaha Tommy Soeharto: Shan Zi Zhen Zhong
Wawan mengakui, penurunan omset mi kering di pasar tradisional per tahunnya bisa mencapai delapan persen. Penurunan omset penjualan mi kering di pasar tradisional itu terjadi sejak 2003 silam. “Semakin menurun setelah pandemi covid-19 itu,” ujarnya.
Sejak 2009 silam sebenarnya Wawan sudah punya keinginan untuk memasukkan produk mi kering ke pasar modern. Sayangnya belum berhasil. Baru Ayumie yang bisa menembus pasar modern. Mi instan sehat itulah jawabannya.
Dengan strategi dan inovasi yang memperhatikan faktor kelezatan dan kesehatan, Ayumie berhasil diterima oleh banyak orang. (Michael Fredy Yacob)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: harian disway