Kotak Kosong dalam Demokrasi
ILUSTRASI kotak kosong dalam demokrasi.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Saya tidak akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Sebab, kita semua tentu paham esensi dan adab demokrasi. Juga, paham bahwa demokrasi itu terus-menerus berproses. Mungkin saja ke depan akan ada evaluasi.
Yang penting, jangan lelah, apalagi menyerah, dalam menegakkan demokrasi dan melawan segala yang anti-check and balances, melawan siapa pun yang antimeritokrasi dan gemar melestarikan nepotisme.
Bila kita tengok sejarah di negara lahir dan mengaku sebagai simbolnya demokrasi seperti Inggris dengan John Locke atau Amerika Serikat dengan Bapak Demokrasi Abraham Lincoln, ternyata baru 1918 perempuan Inggris diberi hak pilih sekalipun demokrasi melalui monarki konstitusional sudah dimulai sejak abad XVII.
Sedangkan Amerika Serikat (di negara-negara bagian selatan) baru mengakui hak pilih warga kulit hitam (Afro-Amerika) pada 1965. (*)
*) Didik Sasono Setyadi adalah dosen tamu Le Havre Universite, Prancis, serta staf pengajar bidang hukum dan kebijakan publik Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta. --
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: